Ilustrasi: MTVN/Mohammad Rizal
Ilustrasi: MTVN/Mohammad Rizal

Trump Melawan Dunia, Sebagian Yahudi Membencinya

Medcom Files indonesia-palestina kisah dua bangsa, indonesia-palestina
Wanda Indana • 20 Desember 2017 10:32
Jakarta: Sama-sama berdarah Yahudi. Tapi, keras menentang berdirinya negara Zionis Israel.
 
Kelompok Yahudi Neturei Karta dianggap duri dalam daging. Kelompok ini giat menentang pendudukan Zionis-Israel atas rakyat Palestina. Tindakan Israel mencemari citra orang Yahudi dan menaburkan kebencian.
 
Sepekan terakhir, massa Neturei Karta gencar melakukan aksi protes di seluruh dunia atas pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas Yerussalem (Al Quds) sebagai Ibu Kota Israel. Mereka ikut bersama kelompok massa lainnya bersama-sama mengecam keputusan Trump.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


 
“Palestina adalah tempat terburuk bagi orang Yahudi atau Muslim. Semua ini disebabkan oleh penciptaan Zionisme dan pembentukan negara Israel,” ujar Rabi Dovid Felman, Presiden organisasi Naturei Karta International, saat unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Israel di New York. Tak hanya dari publik AS, kecaman juga berasal dari Uni Eropa dan Negara-Negara Arab. Keputusan Trump dinilai merusak perundingan damai yang selama ini diperjuangkan banyak negara.
 

Watak Zionis
 
Aktivis kemanusian dari Lembaga Swadaya Masyarakat Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C) Joserizal Jurnalis menjelaskan, dalam konteks kekininian, orang Yahudi di Israel umumnya terbagi dua, yakni Yahudi kontra Zionis dan Yahudi pendukung Zionis.
 
Yahudi yang menolak Zionisme banyak berasal dari kalangan Yahudi Ortodoks yang mengimani kitab Taurat. Penampilannya begitu khas, menggunakan pakaian serba hitam, jambang lebat panjang, berkepang, dan terkadang tanpa kumis.
 
Joserizal yang banyak bertugas di Gaza ini mengatakan, hubungan Palestina dan warga Israel dari kelompok Yahudi Ortodoks cukup bersahabat. Bahkan, kelompok Yahudi Ortodoks tidak mengakui negara Israel. Mereka menganggap, paham Zionis berseberangan ajaran Yudaisme, agama orang Yahudi.
 
“Yahudi pro Zionis mempercayai kitab Talmud (Tafsir Taurat). Ajarannya menyebut, orang Yahudi adalah orang pilihan, di luar orang Yahudi dianggap Goyim (Binatang), derajatnya rendah,” kata Yoserizal saat berbincang dengan Medcom.id, Selasa 12 Desember 2017.
 

<i>Trump Melawan Dunia, Sebagian Yahudi Membencinya</i>
Joserizal Jurnalis. (MI)
 

Yahudi Zionis menganggap dirinya eksklusif dan rasis. Yahudi Zionis tidak mau diatur oleh bangsa lain, suka bertindak sesuka hati. Bahkan, warga Israel yang bukan berasal dari keturunan Yahudi tak mendapat hak yang sama.
 
Karena itu, Yahudi Zionis menganggap orang non-Yahudi boleh diperbudak, dipersekusi, ditipu dan dibunuh. Ini tercermin dari sikap pemerintah Israel yang menindas bangsa Arab di Palestina.
 
“Nyawa orang-orang Gaza tidak ada nilainya. Rumah ibadah, rumah sakit, sekolah, semua dihancurkan,” imbuh dia.
 
Menurut Joserizal, Yahudi Zinonis suka dan lihai mengadu domba untuk kepentingan politik.

Orang-orang Arab dan umat Islam, sudah menyadari musuh utamanya adalah Zionis Israel. Namun, dunia Arab sengaja dibikin kacau. Konflik di Timur Tengah memang didesain.


“Kekacauan di Timur Tengah memang sengaja dipelihara. Tujuannya untuk memperkuat posisi Israel,” kata dia.
 
Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari peristiwa Arab Spring (2010-2012). Kata Joserizal, ada peran Israel atas kekacauan di negara-negara Arab.
 
“Yang nasionalis didukung Israel, yang menginginkan negara khilafah juga didukung, yang menginginkan demokrasi juga didorong, mereka semua itu dibenturkan. Setelah Arab Spring, tak ada satupun negara Arab yang benar-benar menjadi negara khilafah, ataupun negara demokrasi, tidak ada. Justru hancur,” ujar Yose.
 
Tak hanya pada warga Palestina, Israel juga keras pasa warga Yahudi. Rezim Zionis menerapkan program wajib militer dan memaksa keluarga Yahudi ortodoks untuk menjadi pasukan militer.
 
Tekanan ini membuat sebagian warga Yahudi keluar dari Israel. Untuk memperkuat pasukan militernya, Israel merekrut pasukan militer dari Afrika (mayoritas Ethiopia), Amerika Serikat dan Thailand. Israel memberikan upah tentara bayaran sebesar Rp700 dolar per hari.
 

Dunia bersama Palestina
 
Sikap Trump atas status kota Yerusalem menunjukkan keberpihakannya terhadap Zionis Israel. Padahal, pada 1975, Dewan Umum PBB mengeluarkan Resolusi 3379 yang menyatakan Zionismeadalah sebuah bentuk ideologirasial.
 
Trump tengah menghadapi kecaman dunia. Sikap empat negara yang menjadi Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB; Rusia, Prancis, Tiongkok, dan Inggris, sudah menyatakan penolakan Yerussalem ke tangan Israel.
 

<i>Trump Melawan Dunia, Sebagian Yahudi Membencinya</i>
Donald Trump. (AFP)
 

Direktur Pusat Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia Abdul Muta'ali menilai, politik Trump sudah kuno. Dia bilang, Trump seperti menujukkan kesombongannya karena berani mengakui Yerussalem sebagai Ibu Kota Israel, kebijakan yang tak pernah dilakukan olah Presiden sebelumnya.
 
“Dia akan ketinggalan kereta. Dunia akan mengucilkan AS dalam pergaulan dunia,” ujar Abdul.
 
Tapi, Abdul menyayangkan, ketika Dunia mengecam Trump, Saudi justru bertindak di luar nalar dengan menawarkan Abu Dis sebagai Ibu Kota Palestina. Sikap Riyadh juga dinilai tak serius mendukung Palestina. Kata Abdul, ini bisa dilihat dari absennya Raja Saudi dalam pertemuan KTT OKI di Istanbul, Turki.
 
“Saudi sedang membuka kotak pandoranya sendiri,” pungkas Abdul.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(COK)
LEAVE A COMMENT
LOADING
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan