Ilustrasi: MTVN/Mohammad Rizal
Ilustrasi: MTVN/Mohammad Rizal

Menentang Sains dengan Sulap

Medcom Files dihantui trik sulap eskapologi
Lis Pratiwi • 09 Desember 2017 18:47
Jakarta:Anything that can go wrong will go wrong”, demikian bunyi Hukum Murphy pertama.
 
Singkatnya, jika sesuatu dikehendakan untuk terjadi, maka ia akan terjadi. Akurasi hukum ini tak perlu diragukan, hingga tak butuh pembuktian empiris untuk mendukungnya.
 
Hukum Murphy berlaku secara umum dalam kehidupan, seperti wahana ekstrim yang tiba-tiba berhenti beroperasi dan mencederai penumpang, kasus dokter bedah yang meninggalkan gunting di perut pasien, atau pesulap yang gagal mengeksekusi aksinya sendiri.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


 
Dalam dunia sulap, baik permainan pikiran atau ilusi yang menggunakan alat, persentase gagal akan selalu ada. Kemungkinan ini tak dapat dihindari terlepas dari sebaik apa pun persiapan yang dilakukan para pekerja misteri. Pekerja misteri beraliran hipnotis Romy Rafael mengatakan, bekerja di dunia sulap memiliki tiga unsur utama, yakni kecepatan tangan, teknik dan alat fisik, serta psikologi. Berbeda dengan hipnotis yang mengutamakan unsur psikologis, sulap mengutamakan kecepatan tangan dan teknik.
 

Menentang Sains dengan Sulap
Romy Rafael.
 
Romy menjabarkan, teknik yang dipilih dalam sulap merupakan hal penting. Teknik ini berpengaruh pada alat yang digunakan serta jumlah asisten yang membantu. Banyaknya faktor yang terlibat ini pun kian meningkatkan resiko kegagalan.
 
“Kalau hipnotis dan mentalis ini nggak bisa dibilang sulap karena bisa gagal dan bisa berhasil. Kalau ilusionis lebih besar kemungkinan berhasilnya, tapi gagalnya juga lebih besar karena banyak komponen yang bergantung,” ujarnya saat ditemui medcom.id di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu, 6 Desember 2017.
 
Romy menambahkan, hipnotis dan mentalis lebih berfokus pada unsur psikologis dan ilmu pengetahuan karena mempelajari tentang perilaku manusia, komunikasi non-verbal, dan sugesti.
 

Menentang Sains dengan Sulap
 

Ilmu pengetahuan
 
Senada dengan Romy, seorang ilusionis dan mentalis Denny Darko mengatakan, sulap adalah perihal hitung-hitungan dalam melakukan trik. Baginya, sulap adalah ilmu pengetahuan atau sains tersendiri.
 
Denny mencontohkan kasus aksi seseorang yang tidur di atas papan dan dua kursi. Kemudian saat papan dan kursi tersebut dipindahkan, orang tersebut dapat melayang. Padahal menurut ilmu pengetahuan, orang atau benda harus jatuh karena gaya gravitasi.
 
“Ketika melayang, saat itulah terjadi sulap. Sulap adalah sains yang ‘ditentang’, melawan kodrat, tapi sebenarnya bisa dijelaskan dan bisa dipelajari (berdasarkan sains),” ujar Denny saat berbincang dengan kami, Rabu, 6 Desember 2017.
 

Menentang Sains dengan Sulap
Denny Darko.
 

Aksi melawan gravitasi juga berusaha ditampilkan oleh ilusionis Demian Aditya dalam aksi Death Drop di sebuah stasiun televisi swasta, Rabu, 29 November 2017. Aksi itu seharusnya menampilkan Demian yang selamat usai masuk ke dalam peti yang digantung dan dijatuhkan ke atas besi tajam.
 
Namun, pertunjukan tersebut gagal. Body double Demian, Edison Wardhana, yang bertugas menggantikannya di dalam peti, belum sempat keluar saat peti dijatuhkan. Alhasil, Edison mengalami luka cukup parah di bagian paru-paru, bokong, dan tulang rusuk.
 

Menentang Sains dengan Sulap
Kru dan asiten Demian menyelamatkan Edison dari peti 'Death Drop', dalam program siaran langsung di sebuah televisi swasta, Rabu, 29 November 2017.
 

Kecelakaan dalam sulap
 
Demian bukanlah pesulap pertama yang gagal melakukan aksinya, pesulap kelas dunia seperti Criss Angel dan David Copperfield pun pernah melakukannya.
 
Sementara itu, aksi sulap yang paling banyak memakan korban adalah menangkap peluru dengan mulut atau tangan kosong. Lebih dari 18 orang terluka dan meninggal dunia dalam trik ini.
 
Kegagalan bagi pekerja misteri bukanlah hal yang mengejutkan. Namun, hal ini tetap disayangkan. Romy mengatakan pertunjukan berbahaya seperti itu juga tidak memiliki personifikasi bagi penonton.
 
“Di luar negeri banyak yang meninggal. Penonton juga tidak dapat personifikasi (makna). Berapa besar kemungkinan kita akan menangkap peluru dalam kehidupan?” jelas Romy.
 

Menentang Sains dengan Sulap
 

Denny menjabarkan, dalam melakukan aksi sulap yang berbahaya harus dilakukan dengan kalkulasi sedetil mungkin. Kecelakaan dalam sulap, lanjutnya, disebabkan idealisme pesulap yang terlampau tinggi.
 
Idealisme ini membuat pekerja misteri merasa tertantang, lantas nekat melakukan trik baru dalam pertunjukannya. Yang bahaya, tanpa menghitung keamanan, mempertimbangkan teknik yang matang, serta memikirkan efek samping yang ditimbulkan.
 
“Itu bakal membahayakan diri kita sendiri atau penonton kita. Jadi, saya kira idealisme itu harus diletakkan pada tempatnya,” tegas pria yang sudah 14 tahun menekuni dunia sulap ini.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(COK)
LEAVE A COMMENT
LOADING
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan