Tongkang-tongkang besar pengangkut batubara melintasi sungai Mahakam, Samarinda. (ANTARA/Riky)
Tongkang-tongkang besar pengangkut batubara melintasi sungai Mahakam, Samarinda. (ANTARA/Riky)

Miliaran Rupiah Pundi-pundi Komura

Medcom Files pungutan liar
Coki Lubis • 24 April 2017 21:02
medcom.id, Samarinda: Tidak ada aktivitas bongkar muat kapal pada hari itu di Terminal Peti Kemas (TPK) Pelabuhan Samarinda Palaran (PSP), Kalimantan Timur, Kamis 20 April 2017. Pelabuhan yang belokasi di tepi sungai Mahakam ini merupakan kawasan tertutup bagi yang tidak terkait dengan urusan bongkar muat.
 
Tapi, terlihat berpuluh fasilitas alat berat seperti crane dan lain-lain, terpasang di dalamnya. Tampak pula beberapa pekerja TPK PSP berseliweran di area itu.
 
Lokasi ini yang menjadi sorotan setelah operasi tangkap tangan (OTT) tim gabungan Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) beraksi pada 17 Maret 2017 lalu. Salah satu rangkaian OTT ini adalah penggeledahan kantor Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Samudera Sejahtera (Koperasi TKBM Komura), yang berada di seberang PSP, di sisi utara sungai Mahakam.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


 
Miliaran Rupiah Pundi-pundi Komura Saat itu, kepolisian menyita semua dokumen koperasi, uang tunai Rp6,1 miliar dari brankas, memblokir rekening Komura, menyita deposito sejumlah Rp326 miliar, serta memasang garis polisi di kantor tersebut.
 
Perkembangan terakhir, menurut Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Tipideksus) Bareskrim Polri, Brigjen Agung Setya, total uang milik Koperasi dan pengurusnya yang disita untuk penyelidikan sebanyak Rp2,4 triliun.
 
"Diduga uang hasil pemerasan, dari aktifitas Komura sejak 2010," ujarnya saat ditemui medcom.id di Jakarta, Selasa 18 April 2017.
 
Perlu digarisbawahi, duit sebanyak Rp2 triliun itu bisa jadi dari hasil pemerasan selama lebih dari lima tahun. Mungkinkah Komura bisa memiliki aset berupa uang sebanyak itu? Atau angka tersebut lebih kecil dari fakta transaksi di lapangan?
 
Kami mencoba untuk menelusurinya. Pertama, yang kami cari adalah tarif bongkar muatnya. Jawabannya ada pada Surat Keputusan Kepala Kantor Administrator Pelabuhan Samarinda, nomor AT.501/1/2/KSOP.SMD.2014 yang menetapkan kesepakatan bersama tarif baru TKBM, untuk peti kemas isi ukuran 20 kaki tarifnya Rp182.780/box. Sementara ukuran 40 kaki Rp274.167/box.
 
Kemudian, kami pun memperoleh informasi dari Asosiasi Perusahaan Logistik dan Forwarder (ALFI) Samarinda. Berdasarkan penghitungan mereka, dalam sebulan kegiatan bongkar-muat peti kemas di TPK Palaran mencapai 20.000 TEU’s.
 
Sebagai catatan, ukuran muatan dalam pembongkaran maupun pemuatan kapal peti kemas dinyatakan dalam TEU (twenty foot equivalent unit). Oleh karena ukuran standar dari peti kemas dimulai dari panjang 20 feet, maka satu peti kemas 20 kaki dinyatakan sebagai 1 TEU dan peti kemas 40 kaki dinyatakan sebagai 2 TEU.
 
Asumsikan persamaannya dipukul rata dengan peti kemas ukuran 20 kaki, boleh dikata 20.000 peti kemas ukuran 20 kaki per bulannya. Dari sini sudah bisa diperkirakan, pembayaran yang diterima komura setiap bulannya dari bongkar muat tanpa layanan di TPK Palaran mencapai Rp3,7 miliar.
 
Lain cerita di pelabuhan Muara Berau, tempat bongkar-muat batubara. Transaksinya jauh lebih besar dibanding palaran.
 
Tarif TKBM di sana memang lebih kecil, yakni Rp4.990 per satu ton. Tapi, berdasarkan data yang kami dapat dari Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) dan Asosiasi Pemilik Kapal Indonesia (Indonesian National Shipowners Association/INSA) Samarinda, rata-rata bongkar muat ship to ship batubara di Muara Berau mencapai 3.600.000 ton/bulan.
 
Artinya, dalam sebulan, pembayaran yang diterima Komura dari Muara Berau bisa mencapai Rp17,9 miliar per bulan. Jadi, total penerimaan Komura baik dari TPK Palaran maupun Muara Berau diperkirakan mencapai Rp 21,6 miliar setiap bulannya.
 
Bila dalam setiap bulan Komura diperkirakan mengeluarkan biaya upah dan tunjungan terhadap 1.149 anggotanya Rp 5 juta per pekerja, maka total upah yang dikeluarkan diperkirakan Rp6,9 miliar setiap bulan.
 
komura
 
Dengan begitu, Komura diperkirakan masih mempunyai selisih antara pendapatan dengan pembayaran upah sebesar Rp14,7 miliar setiap bulannya. Artinya, dalam setahun diperkirakan sebesar Rp176,4 miliar. Sementara jika dihitung dari tahun penetapan tarif baru ini, yakni 2014, totalnya hingga 2017 bisa mencapai Rp529,2 miliar.
 
Lantas, bagaimana dengan perhitungan sebelum 2014? Ya, tarif yang dikenakan tidak jauh berbeda. Pada 2012-2014, tarifnya lebih murah 6-10%. Yakni, Rp166.163 untuk peti kemas isi ukuran 20 kaki dan Rp4.708 per ton batubara. Dalam dua tahun, dari 2012 ke 2014, Komura diperkirakan bisa menyisihkan keuntungan Rp319,2 miliar.
 
"Begitupula di tahun 2010 sampai 2012, tarif TKBM Palaran itu sebetulnya lebih tinggi, sekitar Rp177 ribuan. Sementara batubara sama," ucap seorang pengusaha logistik yang kami temui.
 
Miliaran Rupiah Pundi-pundi Komura
 
Artinya, dari 2010 ke 2012 Komura diperkirakan telah mendulang untung sebesar Rp324 miliar. Jadi, kalau dihitung dari 2010 hingga 2017, Komura diperkirakan telah mengumpulkan keuntungan senilai Rp1,1 triliun.
 
Angka ini pun merupakan nilai minimal, sebab, ada kalanya tren batubara meningkat tajam. "Pernah pada periode 2014 dalam sebulan bongkar-muat batubara mencapai 9 juta ton," ucapnya.
 
Ini pun baru dari bongkar-muat peti kemas isi dan batubara. Belum termasuk komoditas lain seperti kayu, barang campuran lainnya, juga hilir mudik peti kemas kosong, yang angkanya pun tidak kecil.
 
Alhasil, apa yang diungkap Tipideksus bahwa ada aset senilai Rp2,4 trilun hasil dari kegiatan Komura sejak 2010, boleh jadi benar adanya, bahkan lebih kecil. Ya. Wajar bila tangkapan ini disebut sebagai kasus megapungli.
 
Namun, setelah sebulan peyelidikan, selain untuk upah buruh anggota koperasi, kemana lagi pungli ini mengalir selama tujuh tahun ini?
 
Agung belum bisa memberitahukannya. Dia hanya tersenyum-senyum dan mengatakan, "belum, itu nanti. Kami lihat nanti ke mana saja aliran dananya.”

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ADM)
LEAVE A COMMENT
LOADING
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan