Tak ingin trauma lagi, Demian memutuskan kembali melakoni Death Drop pada sebuah acara di stasiun televisi swasta, Rabu, 29 November 2017.
“Permainan yang selalu menghantui gue selama ini,” tulis Demian dalam akun Instagram pribadinya.

Demian Aditya. MI
Dalam aksi Death Drop ini, Demian harus meloloskan diri dari dalam peti yang digantung setinggi lima meter, dengan kondisi tangan terborgol.
Dia harus selamat sebelum tali penahan peti putus terbakar api. Jika talinya putus, peti akan terjatuh di atas sederet tonggak tajam seperti tombak.
Pertunjukan dimulai. Demian masuk ke dalam peti. Yang terlihat hanya sepasang tangan yang berusaha melepaskan belenggu. Sesaat setelah tangan tersebut bebas dari borgol, peti terjatuh. Demian pun muncul dari panggung yang berbeda.
Namun semua orang tampak panik, termasuk Demian. Ternyata ada seseorang di dalam peti yang terjatuh dan menancap di tonggak tajam itu. Dia adalah Edison Wardhana, sang body doublealias pemeran pengganti (stuntman) Demian dalam atraksi itu.
Edison adalah sosok rahasia yang bertugas menggantikan posisi Demian di dalam peti. Si pemeran pengganti kritis dan dilarikan ke rumah sakit.
Sebelumnya, Demian mengklaim bahwa aksi yang dimainkannya adalah eskapologi. Salah satu cabang sulap yang paling mematikan. Namun, setelah peristiwa maut itu terjadi, banyak kalangan yang menyangkal bahwa itu bukan eskapologi. Alasannya, eskapologi tidak menggunakan pemeran pengganti.

Kru dan asiten Demian menyelamatkan Edison dari peti 'Death Drop', dalam program siaran langsung di sebuah televisi swasta, Rabu, 29 November 2017.
Asal usul
Suatu hari di tahun 1890an, seorang pemuda berjalan di atas rel kereta api. Tangannya menggenggam rantai dan borgol. Lalu, pemuda yang tampak linglung itu berbaring di atas rel, mengikat tangan dan tubuhnya. Dia itu ingin bunuh diri.
Dari kejauhan, suara lokomotif mulai terdengar. Sementara itu, warga yang mengetahui aksi nekat si pemuda, berteriak kencang. Rangakaian gerbong kereta semakin mendekat.
Detik berikutnya, pemuda itu tersadar dan mengurungkan niatnya. Tanpa pikir panjang, dia segera melepaskan tubuhnya dari lilitan rantai dan borgol. Waktunya tak lama, kereta sudah berada di depan mata. Dan, pemuda itu berhasil melepaskan diri kereta menghantam tubuhnya.
Warga sekitar bersorak gembira. Semuanya bertepuk tangan.
Pria yang lolos dari maut itu bernama Harry Houdini, pemuda berdarah Yahudi yang tengah dirundung masalah. Kala itu, karirnya sebagai pesulap kartu kian terancam.
Houdini muda banyak kehilangan tawaran karena semakin banyak pesulap lain yang meniru atraksinya. Selain itu, pertunjukkan sulap menjadi tontonan yang membosankan lantaran minim kreativitas.
Dari kejadian di rel kereta itu, Houdini terinspirasi membuat pertunjukkan sulap yang menggunakan trik meloloskan diri dari maut. Dari situ, Houdini mulai dikenal banyak orang. Tawaran untuk tampil pun berdatangan.

Harry Houdini. Wikipedia
Bernard C. Meyer dalam bukunya Houdini: A Mind in Chains, a Psychoanalytic Portrait (1976) mengatakan, karir Houdini mulai meroket pada 1899, ketika berkenalan dengan Martin Beck di daerah pedesaan Woodstock, Illinois, Amerika Serikat.
Beck yang terkesan dengan aksi sulap Houdini, menawarkan diri untuk menjadi manajer.
Di tangannya, karir Houdini kian cemerlang. Houdini menjadi pesulap tetap yang mengisi acara di Orpheum Vaudeville Circuit. Pada 1900, Beck mengatur penampilan Houdini di berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat.
Aksi Houdini selalu berhasil membuat penonton tercekam, hingga akhirnya terhibur dan puas. Houdini selalu lolos dari belenggu di tubuhnya.
Bahkan, Houdini kerap menantang polisi untuk mengurungnya dalam sel tahanan dangan tangan diborgol. Hasilnya, lagi-lagi si ‘Raja Borgol’ bisa meloloskan diri.
Karena kemahirannya, banyak pesulap yang meniru trik Houdini. Namun kala itu istilah eskapologi belum dikenal. Eskapologi sebagai seni meloloskan diri baru dipopulerkan oleh pesulap Australia Norman Murray Walters pada 1930.
Tak selalu berhasil
Tak semua escape artist berhasil melakukan aksi meloloskan diri. Beberapa di antaranya justru meregang nyawa karena gagal meloloskan diri dari jeratan maut.
Salah satunya Charles Rowen, escape artist asal Afrika Selatan yang dijuluki ‘Karr the Mysterious’. Maut menghampirinya pada 1930, saat tampil di Springfontein, Orange Free State, Afrika Selatan.

Saat itu, Karr diikat dengan jaket kekang. Sekitar 180 meter dari posisinya, tampak sebuah mobil melaju dengan kecepatan 72 kilometer per jam ke arahnya. Jika dihitung, Karr hanya perlu waktu sekitar 10-15 detik untuk melepaskan diri dari jaket kekang dan menghindar.
Tapi, Karr terlambat. Dia tewas dilindas mobil.
Kegagalan aksi eskapologi juga menimpa Joseph Burrus dan Janaka Basnayake. Keduanya meninggal karena kehabisan nafas dalam aksi dikubur hidup-hidup di dalam peti.
Ada pula nama Jeff Rayburn Hooper, eskapologis yang tewas dalam aksi melepaskan diri dari borgol di Danau Winona. Kemudian Royden Joseph Gilbert Raison de la Genesta, yang tewas tenggelam saat meloloskan diri dari dalam drum susu berisi air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News