Co-founder dan CEO Rex Regum Qeon, Andrian Pauline. (medcom.id)
Co-founder dan CEO Rex Regum Qeon, Andrian Pauline. (medcom.id)

Rex Regum Qeon

Pandangan Bos RRQ Soal Seluk Beluk Industri Esports

Ellavie Ichlasa Amalia • 24 Maret 2019 06:19
Jakarta: Bagi kebanyakan orang, bermain game tidak lebih dari sekadar hobi, atau kegiatan yang dilakukan untuk melepas penat. Sekarang, bagi sebagian orang, bermain game adalah sebuah pekerjaan. 
 
Orang-orang yang tergabung dalam tim profesional esports dan menyandang gelar atlet esports menghabiskan waktu mereka untuk berlatih mengasah kemampuan dalam bermain game. Dan memang, industri esports kini tengah marak. Semakin banyak turnamen muncul dengan hadiah yang juga tidak tanggung-tanggung. 
 
Turnamen kelas nasional, seperti Rise of Legion dari Lenovo, bisa menawarkan hadiah total sebesar Rp60 juta. Sementara jika tim Anda memenangkan turnamen kelas regional seperti Predator League, Anda bisa mendapatkan sampai Rp1,1 miliar. 

Namun, ketika Anda merupakan seorang atlet esports di bawah pimpinan sebuah tim profesional, Anda akan dituntut untuk bersikap profesional. Selain berlatih secara rutin, para atlet ini juga dituntut untuk menjagai sikap mereka, terutama bagi mereka yang sudah memiliki penggemar, seperti Muhammad 'Lemon' Ikhsan dari RRQ. 
 
"Masih muda dan jago," jawab Co-founder dan CEO Rex Regum Qeon, Andrian Pauline saat ditanya apa kriteria pemain yang akan diterima oleh RRQ. "Penampilan bebas, kita menghargai skill dan attitude yang bagus." Dia menjelaskan, selain kemampuan, sikap adalah hal yang penting bagi seorang pemain. 
 
"Karena ketika satu pemain masuk ke tim, dia akan menjadi ambassador bagi tim dan merek," kata Andrian. Merek yang dia maksud adalah perusahaan yang memutuskan untuk menjadi sponsor dari tim.
 
Pandangan Bos RRQ Soal Seluk Beluk Industri Esports
RRQ baru saja mendapatkan sponsorship dari Kacang Dua Kelinci. 
 
"Terlalu naif kalau hanya berpikir bahwa bermain bagus saja sudah cukup. Karena jika dia sering bertengkar di media sosial, itu bisa berpengaruh. RRQ memiliki janji dengan sponsor untuk menjaga nama baik."
 
Darimana Sumber Pendapatan RRQ?
"Sponsorship yang paling besar," kata Andrian. "Selain itu, dari merchandise. Merek seperti RRQ itu memiliki valuasi yang besar." 
 
Andrian menjelaskan, mendapatkan sponsor bagi tim profesional pemula bukanlah hal yang gampang. "Karena mereka belum memiliki prestasi, belum pernah juara. Karena RRQ memiliki pencapaian yang cukup baik, mencari partner bukanlah hal yang susah," ujarnya. 
 
Pandangan Bos RRQ Soal Seluk Beluk Industri Esports
Koleksi piala dan penghargaan RRQ.
 
RRQ sendiri didirikan pada 2013. Pada awalnya, tim ini fokus pada DOTA 2. Namun, tim profesional ini baru dikelola secara serius pada 2017. Selama empat tahun, biaya yang diperlukan RRQ ditanggung sepenuhnya oleh Riki Kawano Suliawan, CEO Qeon Interactive. 
 
Andria mengaku terkejut dengan pesatnya pertumbuhan industri esports di Indonesia. "Saya tahu industri ini bakal maju, tapi tidak menyangka akan sepesat sekarang," katanya. Dia mengatakan, di Indonesia, berbagai merek sudah mulai tertarik untuk masuk ke industri ini.
 
"Para penikmat esports juga semakin banyak, walau tidak aktif memainkan gamenya," ujarnya. 
 
Apa Tantangan Terbesar RRQ?
"Manajemen," jawab Andrian ketika ditanya soal tantangan yang dihadapi oleh RRQ. "Kita harus bisa punya manajemen talenta yang bagus. Karena orang yang kita kelola adalah orang-orang di bawah umur 24-25 tahun. Tidak bisa diperlakukan seperti atlet olahraga yang memang sudah dididik sebagai atlet sejak kecil."
 
Dia menjelaskan, berbeda dengan atlet profesional cabang olahraga lain yang memang dipersiapkan sejak muda untuk menjadi atlet, kebanyakan pemain profesional saat ini biasanya berangkat dari hobi.
 
Dia merasa, para pemain profesional masih memerlukan bimbingan dari tim manajemen untuk bisa bersikap profesional, terutama karena umur mereka yang relatif muda. "Mereka masih proses pendewasaan," katanya. 
 
Para pemain esports bisa menjadi populer dengan ccepat. "Ada game baru keluar, dalam waktu enam bulan, seseorang bisa menjadi sangat jago," kata Andrian. "Tapi mereka tidak terlatih untuk meng-handle ketenaran atau tekanan," katanya. Dia juga mengatakan bahwa tim harus berhati-hati pada para pemain yang memiliki apa yang dia sebut sebagai "star syndrome", orang-orang yang memiliki ego tinggi. 
 
"Kelihatannya biasa, tapi bahaya jika tidak tahu cara mengaturnya bagaimana, bisa memengaruhi performa tim," katanya. "Karena core dari tim itu bukan tim marketing atau produksi konten, tapi para pemain itu sendiri."
 
Pandangan Bos RRQ Soal Seluk Beluk Industri Esports
Ki-ka: Instinct dan Lemon dari tim RRQ. 
 
Dia juga menyayangkan kurangnya pekerja yang tertarik untuk bekerja di industri esports. "Sebenarnya, ada banyak posisi yang menjadi peluang kerja, tapi tidak dilirik oleh para profesiona, seperti video editor, PR, atau marketing," katanya. 
 
Dia mengaku, sulit bagi timnya untuk mencari pekerja yang berkualitas. "Mereka reluctant. Khawatir, kalau mendadak lesu bagaimana. Kalau sudah ada di perusahaan besar, mereka merasa aman," ujarnya. Padahal, dia mengaku, timnya siap untuk bersaing soal gaji. Hanya saja, para pekerja profesional enggan untuk bekerja di tim esports karena dianggap memiliki risiko tinggi. 
 
Andrian mengatakan, sebagai orang yang telah berkutat di dunia esports selama bertahun-tahun, dia bisa melihat potensi industri ini. Namun, dia tidak heran jika kebanyakan orang, terutama orang-orang yang memang tidak pernah memasuki dunia esports, masih belum tahu banyak. 
 
"Itu sangat disayangkan. Karena infrastruktur kita sudah bagus, pasarnya besar, internet sudah bagus, dan turnamen sudah banyak. Tapi orangnya itu-itu saja," katanya. 
 
Pendeknya Karir Atlet Esports, Lalu Apa?
Berbeda dengan atlet olahraga konvensional, yang bisa mencapai 10 sampai 15 tahun, karir atlet esports jauh lebih pendek, ungkap Andrian. "Paling tiga atau empat tahun," katanya. Karena itulah, menurutnya, salah satu hal paling penting bagi sebuah tim profesional adalah siklus regenerasi. 
 
Sementara itu, umur ideal para pemain esports adalah 16 tahun hingga 23 tahun. Ini menunjukkan bahwa atlet esports cenderung pensiun dalam usia yang masih muda.
 
"Beberapa pemain lama masuk ke manajemen," ujar Andrian ketika ditanya apa opsi pekerjaan pemain esports setelah dia pensiun. "Karena pemain esports pensiun ketika masih muda, jika dia ingin kembali mengambil edukasi formal, mereka juga masih bisa. Mereka masuk ke pekerjaan konvensional juga bisa."
 
"Untuk para pemain kita yang pensiun, kita akan menawarkan pekerjaan di perusahaan kita," katanya. Sebagai informasi, RRQ ada di bawah MidPlaza Holding. Salah satu perusahaan anak dari MidPlaza Holding adalah penerbit game Qeon Interactive. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan