Di Amerika Serikat, sebanyak 10 persen generasi milenial tidak lagi tertarik untuk membeli mobil. Semakin populernya layanan transportasi berbasis aplikasi seperti Uber menjadi salah satu alasannya. Tidak cukup sampai di situ, Uber ingin mengubah bagaimana mobil digunakan di dunia. Salah satunya dengan mengembangkan mobil otonom atau mobil tanpa sopir. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah mobil yang ada.
Sebanyak 96 persen kendaraan pribadi tidak digunakan dan hanya berdiam di garasi atau tempat parkir. Sementara itu, di beberapa kota, sebanyak satu per tiga lahan yang ada digunakan untuk tempat parkir. Jika terdapat sistem shared self-driving cars, maka jumlah mobil di suatu kawasan dapat dikurangi hingga 90 persen. Dan lahan yang tadinya digunakan sebagai tempat parkir dapat digunakan untuk fungsi lain.
Sejak beberapa bulan lalu, Uber telah melakukan uji coba mobil tanpa sopir di Pittsburgh. Mobil otonom yang digunakan oleh Uber adalah Volvo XC90 yang telah dimodifikasi.
Salah satu masalah mobil otonom yang ada saat ini adalah karena sistem pengendali terkadang tidak bisa memperkirakan apa yang akan dilakukan oleh sopir manusia, seperti saat mobil otonom Google mengalami kecelakaan pada bulan September lalu.
Kunci untuk memastikan mobil otonom aman, menurut Amy, adalah dengan melakukan pengujian terus menerus. Dengan begitu, sistem akan memiliki cukup data untuk tahu tindakan apa yang harus ia lakukan saat dihadapkan pada sebuah situasi.
Amy merasa, mengembangkan teknologi mobil otonom adalah tujuan yang pantas dikejar karena teknologi ini dapat mengurangi jumlah kecelakaan lalu linta yang terjadi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Departemen Transportasi AS, seperti yang dikutip dari Fortune.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id