Advertorial

Grebeg Sudiro Awali Kemeriahan Imlek di Solo

Rona kementerian
16 Februari 2015 13:43
medcom.id, Solo: Hujan lebat yang mengguyur Solo sepanjang akhir pekan berubah cerah. Perubahan cuaca ini menjadi berkah bagi warga yang telah bersiap meramaikan Grebeg Sudiro sebagai prosesi pembuka rangkaian perayaan tahun baru Imlek di kota tersebut.
 
Meski digelar sebagai bagian perayaan Imlek, namun bukan hanya budaya Tionghoa yang ditampilkan dalam prosesi Grebeg Sudiro. Bahkan dari namanyanya saja, kita tahu bahwa prosesi yang dimulai pada 2007 justru menampilkan asimilasi budaya Jawa dengan Tionghoa. Sejak berabad-abad dua kebudayaan yang dipisahkan lautan luas ini telah membaur dengan sangat baik dan menarik.
 
Prosesi dimulai dari Kelurahan Sudiroprajan pukul 13.30 WIB, Minggu (15/2/2015). Serombongan pria berjas merah riuh rendah memainkan tetabuhan mengawali iring-iringan munculnya Wisanggeni dari Balai Kota Surakarta. Di belakangnya diikuti sekumpulan pria dan wanita berpakaian unik khas Solo Carnival dan disusul Menteri Pariwisata Arief Yahya serta Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudiyatmo.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Rombongan berjalan mengarah ke Klenteng Tien Kok Sie di seberang Pasar Gede. Klenteng itu dibangun pada 1745 itu menjadi pusat ibadah sekaligus pusat perayaan Tahun Baru Imlek di Surakarta.
 
Area sekitar klenteng menjadi jalur utama arak-arakan Grebeg Sudiro. Ada 59 kelompok yang menjadi pesertanya, mulai dari atraksi Barongsai Macan Putih, Paskibra SMU 3 Surakarta, Marching Band TNI-AD.
 
Bintang arak-arakannya adalah beberapa gunungan makanan hasil 'perkawinan' budaya Jawa dengan Tionghoa. Biasanya gunungan dalam grebeg adalah nasi tumpeng lengkap dengan segala lauk dan sayurannya, tapi gunungan yang ditandu dalam Grebeg Sudiro ini adalah tumpeng bakpao dan kue keranjang serta berbagai penganan lain khas Tionghoa.
 
"Grebeg Sudiro adalah embrio untuk menyatukan kemajemukan di Solo yang memiliki latar belakang etnis berbeda-beda. Melalui acara ini, kami mengimplementasikan Pancasila sila ke-3, Persatuan Indonesia," ujar Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudiyatmo dalam sambutannya.
 
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan acara kebudayaan itu layak dijual sebagai upaya menggerakkan pariwisata dan ekonomi kreatif masyarakat Surakarta. Prosesi dalam kemasan dan promosi tepat seperti ini diyakini menjadi daya tarik baru wisatawan ke Solo. Targetnya meningkat dari 40 ribu orang pada 2014 menjadi 50 ribu orang pada akhir tahun dan sedikitnya 100 ribu pada 2019.
 
Bila setiap wisawatan membelanjakan USD 1000, maka ada tambahan pemasukan hingga Rp 1 triliun untuk warga Solo dan sekitarnya. Menpar yakin target tersebut dapat diraih sebab infrastruktur pariwisata di Solo sudah sangat baik.
 
"Dengan potensi yang ada sekarang saja, Solo sudah bisa menampung peningkatan 50% dari sebelumnya. Hotel-hotel sudah bagus. Tinggal kita jalankan promosi sembari memperbaiki infrastruktur yang ada," jelas Arief.
 
Kelebihan lain adalah variasi agenda kebudayaan yang tercatat ada 62 (acara budaya) dalam satu tahun. Artinya, wisatawan hampir setiap minggu selalu memiliki destinasi wisata budaya untuk didatangi. "Kami akan membantu promosi destinasi wisata tersebut," sambung Menpar Arief Yahya. (adv)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(LHE)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif