Jazz Gunung 2015 digelar di kawasan Java Banana, Bromo, Jawa Timur, selama dua hari, 12 dan 13 Juni. Bertempat di galeri Java Banana, seorang seniman batik kontemporer asal Pekalongan, Dudung Alie Syahbana, memamerkan karya batik yang diaplikasikan ke berbagai media, mulai dari kain, kulit dan kayu.
"Batik itu punya empat tingkatan, heritage, nilai ritual, nilai intensible non heritage dan batik sebagai benda ekonomi," ujar pria yang akrab disapa Dudung itu mengawali wawancara dengan Metrotvnews.com, Sabtu (13/6/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dudung yang menerapkan gaya batik kontemporer pun menjelaskan lebih lanjut akan karya-karya yang dipamerkannya.
"Batik kontemporer itu batik kekinian. Batik yang sudah direkonstruksi. Batik lama didekontruksi dan direkontruksi ulang," jelas pria yang sudah mulai membatik sejak kelas 3 SD itu.

(Batik karya Dudung)
Benang merah yang diusung Dudung dalam pamerannya kali ini adalah parang. Penjabaran motif parang Dudung implementasikan ke berbagai guratan yang ekspresif. Termasuk dalam batik yang dia tuang ke media kulit dalam bentuk gunungan wayang.
"Saya sudah beranjak dari batik Pekalongan. Saya meninggalkan unsur kedaerahan. Saya mencoba lebih luas, ini batik Indonesia," katanya.

Pria yang sudah terjun ke industri batik secara profesional sejak 1983 itu pun sempat menjelaskan salah satu cirinya yang diusung dalam pameran ini, yaitu adanya ornamen mlinjon.
"Mlinjon itu motif segi empat yang melambangkan pusaran air, filosofinya adalah pusat kehidupan," urai Dudung sembari menunjukkan salah satu karyanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(LOV)