Sekretaris Lembaga Pengelola, Pelestari Peninggalan Kyai Ageng Gribig, Moh. Sudaryanto menjelaskan Yaa Qowiyyu merupakan tradisi doa meminta kekuatan kepada Allah SWT, baik iman, jiwa, raga, dan ekonomi. Tradisi budaya dan agama ini sudah berlangsung sejak abad ke-16.
"Tradisi ini diprakarsai oleh tokoh sejarah Kyai Ageng Gribig. Beliau adalah keturunan Raja Brawijaya V dari Keraton Majapahit. Juga juru dakwah dari Wali Sanga," jelas Sudaryanto dalam keterangan pers di Yogyakarta, Kamis 10 Oktober 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dahulu Kyai Ageng Gribig membagikan kue apem sebagai simbol pembagian berkah kepada masyarakat. Upacara pembagian ini selau digelar pada bulan Sapar (Saparan). Saat membagikan kue apem, kyai melafalkan doa Yaa Quwiyyu.
"Sehingga tradisi ini dikenal sebagai Saparan Yaa Qowiyyu," kata dia.
Serangkaian acara turut digelar untuk memeriahkan acara ini. Diantaranya pentas kesenian warga Jatinom, Jemparingan atau lomba panahan lomba pembuatan apem, lomba memancing, dan bazar makanan dan jajanan.
Selain itu juga ada pameran fotografi “Wangsul Jatinom” karya Dr. Mia Sismadi. adapula diskusi warisan dan nilai-nilai Kyai Ageng Gribig oleh Ki Hadjar Poerwatjarita.
Tak kalah menarik adalah Parade Nusantara dan pentas wayang kulit yang akan dihadiri para seniman muda dari berbagai daerah. Rangkaian acara dimulai sejak 6 Oktober hingga 18 Oktober.
"Puncak acara itu tanggal 18 Oktober di mana akan dibagikan kue apem. Total ada tujuh ton kue yang dibagikan," kata Sudaryanto.
Acara ini tidak dipungut biaya. Panitia menargetkan acara ini dihadiri oleh lebih dari tujuh ribu orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)