Stereotipe seperti ini memang tak bisa dihindari. Orang yang mencoba kencan online juga sering dianggap orang yang putus asa.
Namun, Violet Liem, co-founder dan CEO Lunch Actually Grup dalam acara Peluncuran Platform Layanan Online-Offline Terbaru Pencarian Jodoh eSynchrony, Selasa (19/1/2016) membantah hal tersebut.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Banyaknya aplikasi untuk mencari pasangan yang beredar saat ini membuat pola pikir orang menjadi berubah," ujarnya.
Perubahan pola pikir yang disertai teknologi yang canggih menjadi salah satu alasan mengapa kencan online dapat diterima di masyarakat dan dianggap tidak asing lagi.
Hal ini terlihat dari banyaknya situs kencan online yang menjamur di Indonesia. Bahkan, rata-rata memiliki hampir 2.000 anggota. Ini berarti orang tidak malu lagi memakai layanan kencan online.
Menurutnya, beberapa faktor menjadi penyebab mengapa kencan online dipilih menjadi solusi untuk melepas masa lajang.
"Kakek nenek kita biasanya menikah pada awal 20-an, namun kini orang semakin menunda usia pernikahan karena beberapa hal," ungkapnya.
Kesejahteraan ekonomi dan status pendidikan yang semakin meningkat membuat kebanyakan orang menunda pernikahan untuk bisa mencapai kedua hal tersebut.
Selain itu, dari segi kepuasan pribadi, mereka lebih ingin menghabiskan uang dan waktu mereka untuk hal-hal yang menyenangkan diri sendiri sehingga komitmen untuk bersama pasangan pun semakin jauh dari pemikiran.
Hal ini berdampak pada usaha yang dikelolanya di mana peningkatan bisa mencapai 55% selama 15 tahun sejak 1996 hingga 2011.
Bahkan, kencan online tetap diminati meski ada yang berbayar. Pelaku kencan online mau mengeluarkan uang.
Orang tersebut sengaja meluangkan waktunya selama 30 menit di sela-sela kesibukan bekerja. Artinya dia menginvestasikan waktu untuk mencari pasangan.
"Ketika orang mau membayar, itu artinya dia serius," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(ELG)