Jakarta: Sungai membentang dengan arusnya, udara masih terasa segar sepanjang hari. Nyanyian burung masih jelas terdengar di sepanjang jalan yang dikelilingi hutan dan pepohonan. Gambaran ini yang menjadi lukisan pemandangan alam setiap hari keberadaan di wilayah Pegunungan Bintang, Papua.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Alam menyimpan keindahan, tapi juga ada tantangannya. Seperti tenaga medis yang bertugas di daerah tertinggal, terpencil, dan di perbatasan, rentan terhadap berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah malaria.
Sebanyak tujuh tenaga medis Nusantara Sehat (NS) di Distrik Iwur, Pegunungan Bintang, Papua harus menghadapi tantangan besar selama beberapa waktu terserang malaria.
Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa parasit (sekelompok mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium. Malaria menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam, kelelahan, muntah, dan sakit kepala.
.jpeg)
(Medan yang keras juga menjadi salah satu tantangan bertugas di daerah tertinggal, terpencil, dan di perbatasan. Foto: Dok. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat - Kementerian Kesehatan RI)
(Baca juga: Dokter Perbatasan, Tak Hanya Mengobati tapi Juga Mengedukasi)
Diserang malaria berkali-kali
Malaria menjadi musuh utama masyarakat sekitar yang saat itu menduduki urutan kedua dari 10 penyakit tertinggi pada tahun 2016. Enam dari tujuh tenaga medis tersebut berkali-kali terserang penyakit malaria.Di antaranya, dr. Firman Budi Setiawan, Intan Br. Sinaga selaku perawat, Sri Rachmayanti selaku tenaga kesehatan masyarakat, Fitria Anggraini selaku tenaga kesehatan lingkungan, Ade Tri Hastuti selaku analis laboratorium, Nurasma Hamra Yati selaku bidan, dan Aisyah Nurkumalasari selaku ahli gizi.
Kisahnya, Aisyah terhindar dari malaria selama penugasan. Sedangkan, terhitung hingga akhir penugasan di Mei 2017, Sri Rachmayanti tiga kali terserang malaria, Ade Tri Hastuti sebanyak dua kali, dr. Firman sebanyak tiga kali, Intan sekali, dan Nurahma sebanyak tiga kali.
Kemudian, Fitria Anggraini terserang malaria sebanyak empat kali. Kejadian paling parah adalah pada 19 Oktober 2015 ketika bertugas di Puskesmas.
.jpeg)
(Berbagai pelayanan tetap diberikan oleh petugas medis di Distrik Iwur, Pegunungan Bintang, Papua. Foto: Dok. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat - Kementerian Kesehatan RI)
Fitria mengaku merasakan hal yang berbeda dari biasanya. Tubuhnya mulai terasa lemas, mual namun memaksa menyelesaikan tugasnya di Puskesmas.
Gejala lain pun berdatangan, mulai dari demam tinggi yang mencapai 39-40 derajat celcius, muntah, pegal-pegal, dan nyeri kepala.
“Gejalanya hampir satu minggu, setelah satu minggu di-RDT baru positif malaria,” kata Fitria dalam keterangan yang diterima Medcom.id dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.
Walaupun berat, namun tetap dijalaninya. Ketika mengetahui ia positif mengidap malaria, terapi pengobatan yang tepat dilakukannya. Teman satu tim pun ikut membantu Fitria agar cepat pulih dari sakitnya. Sekitar dua minggu setelahnya, Fitria pulih.
Bagi para peserta NS di Distrik Iwur, hal yang mengkhawatirkan ialah ketika malaria menyerang tiga orang sekaligus dalam waktu yang sama pada November 2015. Hingga ketiganya harus dirujuk ke Sentani, Jayapura dengan menggunakan pesawat. Beruntung, setelah melewati perawatan di sana ketiganya dinyatakan sembuh.

(Sebanyak tujuh tenaga medis Nusantara Sehat (NS) di Distrik Iwur, Pegunungan Bintang, Papua tetap semangat menjalankan tugasnya walau terkena malaria berkali-kali. Foto: Dok. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat - Kementerian Kesehatan RI)
Sementara itu, penyakit malaria di Distrik Iwur bagaikan penyakit flu yang mudah menyerang masyarakat. Berdasarkan data distribusi penyakit pasien rawat jalan di Puskesmas Iwur, Distrik Iwur pada Desember 2015, kasus malaria positif sebanyak 42 orang dan malaria klinis sebanyak 10 orang.
Jumlah tersebut meningkat pada 2016, yakni 100 orang penderita malaria positif dan 15 orang penderita malaria klinis. Kemudian, pada akhir Mei 2017 bertepatan dengan berakhirnya penugasan mereka, jumlah kasus malaria positif tercatat 105 penderita dan 40 orang penderita malaria klinis.
Meski banyaknya tantangan pada kesehatan para petugas medis di wilayah tersebut, mereka tetap menjalankan tugas demi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di pedalaman Papua, di Distrik Iwur.
Semangat pantang menyerah tetap dilakukan oleh tim tenaga medis ini. Bimbingan tentang berperilaku hidup bersih dan sehat, memberikan informasi tentang makanan bergizi untuk keluarga. Selain itu diberikan juga bagaimana cara memasak masakan bergizi untuk anak, dan banyak lagi lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)