Kondisi medis khusus seperti Penyakit Jantung Bawaan (PJB) pada anak dapat mempersulit pemenuhan nutrisi yang diperlukan. Sehingga apabila tidak ditangani dengan tepat, dapat berujung pada kondisi kekurangan nutrisi.
Konsultan Kardiologi Anak, Dyahris Koentartiwi, menjelaskan PJB diderita anak dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung. Hal ini terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Di Indonesia, angka kejadian PJB diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup, yaitu sekitar 7-8 di antara 1000 kelahiran setiap tahunnya. Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik risiko pasien tidak terselamatkan mencapai 50 persen pada bulan pertama kehidupan," katanya dalam acara Bicara Gizi di Malang, Jawa Timur, Sabtu, 19 Oktober 2019.
Tanda-tanda PJB antara lain napas pendek atau napas cepat, susah makan, keringat berlebihan saat makan, hingga sianosis (kulit, bibir dan kuku berwarna kebiruan). Berdasarkan letak dan tingkat keparahannya, lebih dari 34 jenis PJB telah teridentifikasi. Kebanyakan PJB menghambat aliran darah pada jantung dan pembuluh darah sekitarnya atau dapat menyebabkan aliran darah yang abnormal dari atau ke jantung.
"Salah satu peningkatan morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan malnutrisi pada anak dengan PJB, diperlukan deteksi dini dan pemberian nutrisi yang intensif sesuai pengawasan dokter," imbuhnya.
.jpg)
(Anak-anak harus tetap dipenuhi kecukupan gizinya melalui makanan dalam keadaan kesehatan apapun. Foto: Dok. Medcom.id/Daviq Umar Al Faruq)
Tiga kategori malnutrisi
Sementara itu, Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak, Anik Puryanti, mengatakan secara umum penyebab timbulnya mainutrisi dapat dibagi menjadi tiga kategori. Yaitu1. Masukan kalori yang tidak adekuat
2. Absorbsi dan pemanfaatan yang tidak efisien
3. Dan atau peningkatan kebutuhan energi atau kalori
Pada anak dengan PJB, asupan yang tidak memadai terjadi akibat kesulitan makan karena susah menghisap, menelan, lelah saat makan dan adanya pembatasan cairan membuat anak dengan PJB membutuhkan tatalaksana nutrisi yang berbeda.
Anak yang dilahirkan dengan kelainan jantung bawaan akan meningkatkan risiko kondisi gagal tumbuh karena asupan gizi yang tidak adekuat dan kesehatan yang tidak optimal serta ketergantungan pada bantuan medis di rumah sakit.
"Anak dengan penyakit jantung bawaan memerlukan asupan nutrisi yang intensif dan makanan tinggi kalori untuk memberikan optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas hidup yang lebih pada anak."
"Hal tersebut meliputi pemantauan dengan melakukan diagnosis status gizi dan masalah nutrisi; menentukan kebutuhan kalori, protein, jumlah cairan; menentukan rute pemberían nutrisi; jenis makanan; serta monitoring keberhasilan," ungkapnya.
"Dengan pendekatan tersebut, anak dengan PJB diharapkan dapat terhindar dari kondisi serius seperti malnutrisi dan stunting yang dapat memperburuk kesehatannya," imbuhnya.
Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, mengatakan anak-anak harus tetap dipenuhi kecukupan gizinya melalui makanan dalam keadaan kesehatan apapun, karena asupan nutrisi melalui makanan akan membantu tumbuh dan daya tahan tubuh mereka. Oleh karena itu, dalam rangka Hari Jantung Nasional, Nutricia-Sarihusada sebagai bagian dari Danone Specialized Nutrition mengadakan acara Bicara Gizi.
Bicara Gizi adalah program edukasi yang diinisiasi oleh Danone untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran nutrisi demi mendukung kesehatan masyarakat di masa-masa penting kehidupan.
"Kami berharap kegiatan Bicara Gizi di Kota Malang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat serta mendorong penanganan nutrisi yang tepat bagi anak dengan Penyakit Jantung Bawaan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)