Jika belum, ada baiknya Anda untuk berkonsultasi terlebih dahulu. Ini karena bisa jadi usus Anda bisa bermasalah karena pemakaian yang tidak terkontrol.
Seperti yang dirasakan oleh Suganingrum (42). Wanita cantik, yang berprofesi sebagai personal assitant salah satu designer di Jakarta ini harus kehilangan 12 cm usus kecilnya karena kondisi adhesi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Adhesi sendiri adalah perlengketan usus, yaitu terjadi fenomena dimana jaringan pencernaan dan otot menempel pada abdomen. Umumnya, jaringan di dalam perut dan jaringan abdomen memiliki permukaan yang lembut yang tidak menempel saat tubuh bergerak. Namun, keadaan perut tertentu membuat mereka saling menempel.
Kurang serat
Diawali dengan kondisi alamiah di tubuh Suga yang memang sedari kecil sulit buang air besar (BAB), ditambah ia tidak menyukai asupan serat seperti buah dan sayur untuk membantu kerja pencernaan. "Saya bisa 2-3 hari sekali baru BAB," aku Suga.
"Sejak 2006 tepatnya usia saya 31 tahun, saya mengonsumsi aneka obat pencahar, ini karena saya ingin rutin setiap hari BAB agar perut saya tidak terasa penuh," ujarnya pada Metrotvnews.com. "Ditambah juga saya mengonsumsi slimming tea untuk membantu melunturkan lemak, guna membantu diet saya," papar wanita penyuka musik ringan ini.
Cukup lama Suga melakukan hal ini, sekitar 9 tahun dari tahun 2006-2015. "Memang saat itu, saya mulai menyadari bahwa saya harus mengimbanginya dengan megonsumsi sayur dan buah, walau sedikit setiap hari. Tapi kebiasaan saya untuk setiap malam mengonsumsi 2 tablet obat pencahar juga tidak berhenti," aku wanita cantik ini.

Sebelum kondisi adhesi terjadi, di tahun 2006, Suga juga pernah menjalani operasi usus buntu. "Saya pernah menjalani operasi usus buntu. Dan kemudian perlengketan usus saya juga menjadi bertambah parah, karena usus buntu saya yang infeksi," kenangnya.
Ia mengingat, saat dua tahun yang lalu, tepatnya 29 April 2015, pagi itu ia sudah merasa aneh. Sempat satu kali sukses ke belakang, kedua kalinya Suga gagal BAB.
"Saat itu, karena saya sudah fokus untuk meeting saya tidak memikirkannya (BAB) lagi. Namun rasa mulas terus terasa di bagian perut saya. Ditambah lagi saya merasa kembung sekali. Saya pikir ini masuk angin," ungkapnya sambil tersenyum.
Namun, rasa itu terus ada hingga beberapa jam saat ia meeting. "Rasanya seperti ingin melahirkan, yang kontraksi di perut setiap sekian menit sekali. Sampai saya nungging karena sudah sulit berdiri," paparnya.
Karena kondisinya yang gawat darurat, kemudian ia dibawa ke rumah sakit. "Saat itu saya ingat karena saya meeting di daerah Sunter, rumah sakit terdekat adalah Mitra Keluarga Kelapa Gading, dan diagnosa infeksi saluran kemih. Karena sebelumnya saya juga pernah dioperasi infeksi saluran kemih, saya saat itu mencari second opinion," papar penyuka drama asia ini.
Ia memutuskan untuk dibawa ke Rumah Sakit JMC, di daerah Warung Buncit untuk memudahkan pemeriksaan karena berdekatan dengan tempat tinggalnya. "Saat itu sudah tidak bisa makan, tidak bisa kentut, dan tidak bisa BAB juga," aku Suga.
Setelah beberapa hari di RS JMC, diagnosa ditemukan bahwa ia mengalami kondisi usus yang menempel.
"Saat itu dokter berkata bahwa kondisi berawal dari usus buntu yang infeksi, usus kecil menempel, dan ini mengganggu kerja usus besar juga, sehingga tidak bisa BAB. Kerja usus pemroses BAB saya juga terganggu karena salah satu faktornya konsumsi obat pencahar yang bertahun-tahun saya asup tanpa terkontrol oleh dokter, sehingga mengakibatkan usus saya malas bekerja," tukas Suga.
"Saya sangat mengingat dokter mengatakan bahwa usus saya malas bekerja karena sudah over saya stimulasi dengan obat pencahar," tambahnya lagi.

Saat harus melakukan operasi, ia sempat dilarikan ke RSCM Kencana. "Namun karena satu dan lain hal saya harus pindah ke rumah sakit lainnya, saya sudah pasrah karena kondisi sudah gawat darurat yang mengharuskan operasi malam itu sesegera mungkin," ungkap Suga.
Akhirnya operasi sukses dilakukan selama 4 jam, dan harus dirawat intensif selama 3 hari di ICU. Selama total dirawat 14 hari, Suga merasakan tidak mampu BAB dalam 10 hari, dan 9 hari absen buang gas. "Itu rasanya... Saya tidak mau alami lagi yang seperti itu, trauma sekali," akunya.
Sukses melakukan operasi ia mengaku sudah bisa sedikit demi sedikit makan halus, dan minum sedikit demi sedikit. "Di ICU, saya baru diperbolehkan minum manis saja beberapa mililiter, yang dihabiskan selama 8 jam.
Jadi sebenarnya rasa hausnya sudah seperti orang habis maraton deh, haus banget, tapi karena semua isi di usus saya dibersihkan, dan masih ada selang di tenggorokan, maka asupan harus benar-benar dalam jumlah yang terbatas," kenang wanita penyuka novel ini.
Hingga beberapa bulan setelah pulang dari rumah sakit, Suga diharuskan makan makanan sehat yang lembut dan dalam jumlah yang sedikit.
Perkembangan hingga saat ini
Saat ini ia mengaku sudah tidak bisa makan banyak lagi, "Karena pasti muntah," jawabnya. "Makannya jadi sedikit demi sedikit, dalam jumlah yang sedikit juga."
Kini hal yang tidak bisa ia lakukan adalah mengangkat barang yang berat, stres, makan pedas yang harus dikurangi, dan menolak makan mie instan. "Setelah recovery, seperti ini saya suka bertahak (serdawa) juga setelah minum hangat. Kalau stres atau kecapean, perut saya bisa loh agak membesar seperti hamil, isinya bukan uang sih," candanya. "Isinya angin...," tawanya lepas.
"Kalau mie instan itu saya bisa dalam hitungan menit, keluar semua, entah kenapa sudah tidak bisa lagi makan mie instan. Kalau pun mau banget, saya seruput kuahnya saja, dan makan setengah sendok mienya," akunya.
"Dalam kasus saya ini, saya bisa ambil hikmah, bahwa untuk mengonsumsi sesuatu ada baiknya berkonsultasi dahulu ke dokter tentang efek jangka panjang, sebelum semuanya terlambat," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)