Penemuan yang dipublikasi dalam Journal of Proceedings of the National Academy of Sciences tersebut mengindikasikan bahwa stres di masa akhir kehamilan dapat menurunkan pertumbuhan bayi sehingga membuat ukuran bayi menjadi lebih kecil selama perkembangan.
Sementara, stres di masa awal kehamilan tak memberi efek besar pada pertumbuhan, namun memercepat dan meningkatkan pertumbuhan anak saat masa penyapihan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Para peneliti dari Universities of New Mexico, Gottingen dan German Primate Center menyimpulkan hipotesis bahwa terdapat dampak perkembangan buruk pada bayi akibat ibu stres selama hamil setelah melihat pada 719 studi yang melibatkan 21 spesies mamalia.
(Baca juga: Pentingnya USG Sebelum Usia Kehamilan 13 Minggu)
.jpg)
(Sebuah penelitian bahwa stres yang melanda di awal atau akhir masa kehamilan dapat memengaruhi bentuk fisik sang janin. Foto: Aditya Romansa/Unsplash.com)
Pemimpin studi Andreas Berghanel menyebutkan bahwa kesimpulan dimana stres masa hamil memengaruhi ukuran bayi akan terlihat sebelum lahir, setelah lahir, dan saat penyapihan.
Berghanel menyatakan bahwa stres di masa akhir kelahiran membuat bayi kehilangan energi, sehingga berujung pada pertumbuhan yang lebih lambat pada janin namun tidak pada perkembangan selanjutnya.
Secara kontras, stres di awal kehamilan dapat membuat janin menjadi menjadi terprogram ulang dan memicu penurunan angka harapan hidup.
Studi komparasi ini mengungkapkan bahwa bumil yang terpapar stresor secara langsung seperti pembatasan makanan atau hal-hal yang lain dapat meningkatkan hormon stres, pola pertumbuhan janin, dan tahan perkembangan kelak. Stres saat hamil menyebabkan berbagai efek pada psikologis bayi hingga saat dewasa kelak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)
