"Misalnya, ada anak yang baru bisa membentuk antibodi pada usia 2 tahun, sementara vaksin polio sudah diberikan pada usia 1 tahun. Kalau tidak diberi vaksin lagi, sama saja bohong. Jadi, pekan imunisasi ini adalah momen yang harus dimanfaatkan," kata Dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, DSc, selaku Direktur Surveilans & Karantina Kesehatan dari Kementerian Kesehatan RI, memberi contoh kasus, dalam bincang-bincang di Metro Plus, Metro TV, Senin (7/3/2016).
Polio merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan virus poliovirus (PV). PV masuk ke tubuh melalui mulut, kemudian mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat yang menyebabkan melemahnya otot dan (kadang) kelumpuhan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Gejala polio ditandai dengan pegal-pegal, diikuti tangan dan kaki yang tidak bisa digerakkan.
"Kelumpuhan juga bisa menyerang organ pernapasan, sehingga orang mengalami sulit bernapas," urai Jane.
Jane mengimbau para orang tua agar tidak mengabaikan PIN polio. Guna menyukseskan gerakan tersebut, tempat penyelenggaraan PIN tidak hanya digelar di posyandu atau pelayanan kesehatan.
"Kita berusaha jangan sampai ada alasan anak tidak dibawa ke tempat pelayanan karena orang tuanya bekerja. Pos yang biasa ada di posyandu, atau pusat kesehatan, kini didirikan juga di tempat yang tak biasa. Kali ini mau diupayakan di tempat orang tua bekerja, mal, bahkan di terminal, pelabuhan, atau bandara. Jadi, tidak ada alasan kalau orang tua mau ke luar kota, tetap bisa kasih imunisasi untuk anaknya," papar Jane.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)
