Dilansir dari Reader's Digest, ketika berkali-kali melakukan tes kepribadian, hasilnya bervariasi dari tahun ke tahun dalam penilaian StrengthsFinder dan DiSC. Namun, ia sering kali mendapatkan hasil bahwa ia tipe orang yang percaya pada dukungan dan suka berbagi energi dengan orang lain. Singkatnya, dia seorang ekstrovert.
Sebelum terjadinya pandemi covid-19, Karla menemukan kegembiraan di pesta makan malam atau tamasya dengan teman-teman. Kemudian, mengikuti kelas spin harian dengan ruangan yang penuh dengan pegiat kebugaran, dan sering mengunjungi orang-orang yang dicintai untuk memberi tahu mereka bahwa dia memikirkan mereka.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Semua itu berubah pada Maret 2020, ketika ia tidak bisa melakukan hal yang paling disukainya, yaitu berbagi ruang dengan manusia lain. Ketika perlu keluar rumah, ia harus menjaga jarak setidaknya dua meter dengan orang lain.
Tidak melepas jati diri
Jati dirinya sebagai seorang yang extrovert, tidak dilepaskannya. Sembari itu ia berupaya menangani dirinya untuk tidak terlalu ekstrovert sebagai wanita lajang berusia 30-an yang bekerja dari rumah demi menekan penyebaran new coronavirus.Karla beradaptasi sebaik mungkin. Salah satu hal yang dilakukannya ialah mengurutkan daftar orang-orang yang bisa dihubungi, baik secara pesan teks, telepon, maupun panggilan video.
Ia melakukan panggilan harian dengan sang ibu. Tanpa sadar, Karla berkali-kali menelepon ibunya untuk mengobrol. Sementara tidak boleh melakukan sentuhan fisik untuk masa yang akan datang sampai virus ini sudah tenang.
Baginya, panggilan telepon dengan sang ibu sama-sama mendorong peningkatan suasana hati seperti pengganti pelukan fisik. Hal itu pun dijelaskan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Child of Emotion Lab dari University of Wisconsin-Madison.
Tidak hanya menenangkan secara emosional, panggilan telepon juga merupakan cara terapeutik untuk melepaskan kekhawatiran yang tersisa. Mereka pun berbagi semua kisah, mulai dari cekikikan, curhatan, hingga air mata.
Kemudian, bukan karena adanya pembatasan wilayah maka tidak dapat mencoba untuk menciptakan kembali kehangatan serupa dengan teman dan rekan kerja.
Pada awalnya, Karla mengganti pengiriman pesan teks dengan obrolan video. Kemudian disadari bahwa ia menginginkan lebih banyak kenormalan dalam rutinitas sosialnya.
Maka, ia menjadwalkan waktunya untuk berkomunikasi dengan aplikasi Zoom dengan sebutan happy virtual. Mereka pun bisa makan malam dengan teman-teman, di mana semuanya menuangkan segelas minuman atau menikmati hidangan di rumah masing-masing.
Memahami diri dengan cara yang baru
Ternyata, ada sejumlah hal yang bisa dilakukannya selama jam-jam. Meskipun, gym tempat ia mengajar dan mengikuti kelas spin enam hari seminggu telah ditutup selama sebulan. Maka dari itu, ia membawa latihan olahraga ke rumah untuk melepaskan stres.Ia memulai hari dengan sirkuit 40 hingga 60 menit atau latihan kekuatan dari Popsugar Fitness atau Sydney Cummings, yang keduanya tersedia gratis di YouTube. Lalu, ia melakukan minimal 30 menit yoga menggunakan Down Dog App.
Lantaran ia saya dapat berlatih yoga dengan sedikit latihan peregangan, itu membuat gerakannya benar-benar lebih mudah untuk dicapai. Juga menjaga otot yang tegang dari pekerjaan yang berhadapan dengan komputer di rumah. Itu hanya salah satu hal produktif yang dapat dilakukannya ketika terjebak di dalam rumah.
Kegiatan lainnya, ia menerapkan terapi kue. Ketika Karla tidak begitu yakin bagaimana memproses emosinya dan hanya perlu menumbuhkan rasa kontrol, ia segera memanggang kue. Beragam masakan dicobanya, yakni kue, pai, dan lainnya. Ia meyakini bahwa ada sesuatu yang ajaib dari proses memasak dengan mengaduk, menggulung, dan mengiris.
Setelah mencoba rasa dan hasilnya memuaskan, ia berprinsip bahwa seorang wanita tidak bisa hidup dengan gula saja. Selanjutnya, Karla mengemas sebagian hasil karyanya, menambahkan catatan tulisan tangan, dan mengantar paket ke rumah orang-orang yang disayanginya. Pengiriman paket kejutan itu terasa seperti dirinya mendapatkan pelukan nyata dari mereka.
Di atas segalanya, satu hal yang telah membantunya mempertahankan pola pikir dan mental selama isolasi diri di rumah ialah bersyukur. Memang tidak mudah untuk mencapai titik ini, namun ia berusaha memahami dirinya.
Di saat-saat sulit, ia mengambil napas dalam-dalam dan memberi dirinya kesempatan untuk merasakan apa yang dibutuhkan. Kesedihan, rasa terima kasih, ketakutan, kecemasan, harapan, kebahagiaan, kekhawatiran atau rasa bersalah.
Tidak ada tes yang dapat mengategorikan kita ke dalam apa yang seharusnya kita lakukan atau rasakan saat ini. Hal itu pun bisa terasa meresahkan, tetapi juga bisa membebaskan perasaan.
Baginya, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menilai kembali apa yang Anda lewatkan, apa yang ingin Anda tinggalkan, dan bagaimana Anda ingin mengalokasikan energi Anda untuk terus maju.
Karla datang untuk mencari tahu bahwa dirinya sama baiknya untuk diri sendiri seperti apa yang ia lakukan untuk orang lain. Ia pun bertekad akan mengambil energi itu setelah melewati tahun 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)