Beberapa kelompok peneliti dari berbagai negara telah menemukan bahwa pasien yang paling sakit, sering memiliki tingkat vitamin D terendah. Kemudian, negara-negara dengan tingkat kematian yang lebih tinggi memiliki jumlah orang yang kekurangan vitamin D yang lebih besar daripada negara-negara dengan tingkat kematian lebih rendah.
Dilansir dari WebMD, para ahli mengatakan kadar vitamin D dalam darah yang sehat dapat memberi orang dengan covid-19 keuntungan bertahan hidup. Hal itu dengan membantu mereka menghindari badai sitokin, ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan dan menyerang sel-sel dan jaringan tubuh Anda sendiri.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Penelitian awal belum ditinjau oleh banyak ahli. Sementara sejumlah ahli mengatakan bukti ilmiah kurang tentang vitamin D dapat mencegah covid-19 atau membuat infeksi lebih ringan.
Para peneliti mencoba mencari tahu setidaknya 8 studi terdaftar di website Clinicaltrials, untuk mengevaluasi peran vitamin D dalam mencegah atau mengurangi covid-19. Sementara itu, beberapa orang mengatakan tidak ada salahnya mengonsumsi vitamin sebagai tindakan pencegahan.
"Saya merasa jika ada sesuatu yang dapat kita lakukan saat ini untuk mendukung tubuh kita, saya benar-benar melakukannya," tutur Jackie Wilcox, 38, dari Newburyport, MA, dekat Boston.
Keluarganya, termasuk suami dan dua anaknya, mengonsumsi suplemen setiap hari. Vitamin D sendiri diproduksi ketika matahari menyentuh kulit Anda, memiliki banyak manfaat lain, seperti kesehatan tulang. Vitamin D juga bisa ditemukan di beberapa makanan dan suplemen.
Di antara penelitian terbaru, ditemukan hubungan antara kadar vitamin D dan seberapa parah kondisi covid-19. Para peneliti dari UK mengevaluasi tingkat vitamin D rata-rata dan jumlah kasus covid-19, serta tingkat kematian, di 20 negara Eropa.
Negara-negara dengan kadar vitamin D darah rata-rata yang rendah dalam populasi memiliki jumlah kasus covid-19 dan kematian yang lebih tinggi. Hal itu diungkapkan Petre Cristian Ilie, MD, PhD, selaku Direktur Penelitian dan Inovasi di Yayasan Ratu Elizabeth Hospital Foundation di King's Lynn, Inggris.
Di Northwestern University, para peneliti menggunakan pemodelan untuk memperkirakan bahwa 17 persen dari mereka yang kekurangan vitamin D akan mengembangkan infeksi covid-19 yang parah. Tetapi, hanya sekitar 14 persen dari mereka yang memiliki tingkat vitamin D yang sehat.
Mereka memperkirakan hubungan antara vitamin D dan covid-19 yang parah berdasarkan hubungan potensial antara kekurangan vitamin D dan protein C-reaktif, atau CRP, penanda pengganti untuk covid-19 yang parah.
Sedangkan dalam sebuah penelitian kecil, para peneliti Louisiana dan Texas mengevaluasi 20 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan covid-19. Ditemukan bahwa 11 pasien yang dirawat di ICU kekurangan vitamin D, tetapi hanya empat dari mereka yang tidak membutuhkan ICU.
Peneliti Indonesia mengevaluasi 780 kasus covid-19 yang terdokumentasi dan menemukan bahwa sebagian besar pasien yang meninggal memiliki kadar vitamin D di bawah normal. Peneliti Irlandia menganalisis studi populasi Eropa dan tingkat vitamin D, menemukan negara dengan tingkat kekurangan vitamin D yang tinggi juga memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dari covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)