Namun, penelitian panjang yang diberi nama Dunedin Multidicilinary Health and Development berusaha mengkaji kebiasaan tersebut, dengan menganalisis 1.000 anak dari Dunedin, New Zealand, sejak lahir. Studi yang berlangsung selama lima dekade ini menemukan, kebiasaan mengisap jempol dan menggigit kuku berhasil menurunkan risiko kambuhnya alergi pada anak.
Anak-anak yang menjadi partisipan dalam penelitian ini dilaporkan memiliki kebiasaan mengisap jempol atau menggigit kuku pada usia 5,7, 9, dan 11. Para partisipan kemudian menjalani tes alergi pada usia 13 dan 32.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Hasilnya, 38 persen partisipan yang memiliki kebiasaan mengisap jempol dan menggigit kuku memiliki potensi alergi. Namun, 31 persen dari mereka jarang mengalami kekambuhan karena sering melakukan kebiasaan yang dianggap jelek itu.
Penelitian ini juga memasukkan indikator lain, seperti jenis kelamin, riwayat kesehatan orang tua, serta kepemilikan hewan peliharaan.
"Temuan ini memperlihatkan, mikroba menurunkan risiko alergi pada anak," jelas Dr Robert Hancox, penulis senior dari Selandia Baru.
Di sisi lain, Hirsh Kamarow, dokter di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular tidak sepenuhnya yakin dengan kesimpulan studi tersebut.
"Ini pengamatan yang menarik, tapi perlu analisis lebih lanjut," kata Kamarow, dilansir Washington Post.
Dalam konteks ini, peneliti studi juga harus menjawab, apakah setiap orang memiliki bakteri yang sama di usus dan di jari tangan mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)
