Ir Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D (Foto: Raka/Medcom.id)
Ir Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D (Foto: Raka/Medcom.id)

Penggunaan Styrofoam bagi Makanan Tergolong Aman

Rona daur ulang
Raka Lestari • 19 September 2019 06:07
Jakarta: Polistiren busa atau yang lebih dikenal dengan styrofoam merupakan wadah serba guna yang banyak digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Salah satunya adalah untuk kemasan makanan.
 
Sayangnya, penggunaan wadah styrofoam sering diidentikan dengan hal negatif. Mulai dari keamanannya terhadap makanan sampai efek bagi lingkungan.
 
Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institute Teknologi Bandung (LPTM ITB), Ir Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D menjelaskan mengapa styrofoam masih termasuk dalam kategori aman sebagai wadah makanan. Dari segi kesehatan sendiri, styrofoam masih aman karena berada di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh WHO dan FAO dari Amerika Serikat. Sedangkan secara lokal, BPOM juga sudah menyatakan bahwa styrofoam aman.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Berdasarkan penelitian yang dilakukam oleh BPOM pada 2009 terhadap 17 kemasan berbahan polistirena, ditemukan bahwa dari 17 kemasan tersebut residu yang ada masih dalam tahap aman yaitu sekitar 10-43 ppm. Angka tersebut jauh di bawah level berbahaya untuk residu kemasan makanan, di mana batas aman adalah 1000ppm sesuai dengan kebijakan yang dibuat BPOM pada 2018.
 
"Ada salah paham juga dari sisi lingkungan, katanya styrofoam menyebabkan banjir. Menurut saya itu keliru karena styrofoam memiliki berat jenis yang rendah dan foam nya itu kan mengandung udara sehingga kalau di air pasti dia akan mengapung," ujar Zainal dalam seminar mengenai kemasan makanan daur ulang.
 
Zainal juga menambahkan bahwa alasan mengapa styrofoam dianggap dapat menyebabkan tumpukkan sambah lebih karena manajemen sampah yang kurang tepat.
 
"Kalau menyebabkan tumpukan sampah, lebih diakibatkan manajemen sampah yang saat ini kumpul, angkut, buang. Nah manajemen seperti ini menyulitkan daur ulang atau pemanfaatan sampah kembali," ujar Zainal.
 
Menurutnya, perlu ada perubahan besar oleh pemerintah. Baik dari pusat atau daerah dalam pemanfaatan sampah kembali.
 
"Sekarang teknologi sudah memungkinkan itu semua berubah dan jadi manfaat semua. Untuk edukasi, masyarakat juga sebaiknya memilah di rumah. Pengumpulannya juga secara harus dipilah pilah terlebih dahulu dan langsung diproses jadi produk berguna," tutup Zainal.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif