Data Nasional yang dilakukan oleh Litbangkes, Kemenkes menunjukkan bahwa terjadi peningkatan masalah kesehatan jiwa tahun 2018 dibandingkan 2013.
Masalah bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor 2 terbanyak pada kelompok usia 15 - 29 tahun (Factsheet WHO, 2018).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Oleh karena itu penting untuk mempersiapkan remaja yang sehat fisik dan jiwa sejak dini agar tercipta SDM yang unggul dan berkualitas.
Dr. Agung Frijanto SpKJ, Sekertaris PP PDSKJI (Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia) menjelaskan ada upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah upaya bunuh diri, yaitu upaya promotif dan preventif.
Upaya promotif yaitu melalui media KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) serta sosialisasi kepada masyarakat.
.jpeg)
(Acara Temu Media untuk memeringati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, di kantor Kemenkes RI, Senin, 7 Oktober 2019. Foto: Dok. Medcom.id/Raka Lestari)
Sedangkan upaya preventif adalah dengan melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan Napza, dengan terlebih dahulu melatih tenaga kesehatan di fasyankes maupun guru bimbingan/konseling di sekolah.
Meskipun memang, untuk jumlah kasus bunuh sendiri masih belum bisa ditentukan. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan, “Saya mengatakan belum ada jumlah yang akurat karena kita dapatnya dari laporan. Kita juga tidak bisa menyatakan itu sebagai angka bunuh diri karena range-nya terlalu besar," papar Anung.
"Cuma memang cenderung naik setiap tahun, baik secara jumlah maupun proporsi,” tambah Anung dalam acara Temu Media untuk memeringati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, di kantor Kemenkes RI, Senin, 7 Oktober 2019.
Selaras dengan Anung, dr. Agung juga menambahkan “Data kita kebanyakan masih berasal dari kepolisian dan ini masih berposes terus. Karena apa? Karena kondisi percobaan bunuh diri yang gagal, yang masuk UGD sampai saat ini masih belum ditanggung BPJS."
"Kasus percobaan bunuh diri memang belum ditanggung BPJS karena dianggap itu merupakan kesalahan orang tersebut. Sehingga laporan dari pelayanan kesehatan belum ada, yang banyak itu laporan dari kepolisian,” tutup dr. Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)