Di sebuah sudut Jakarta, sebuah studio fotografi berdiri. Menangkap berbagai kenangan yang terpatri dalam fotografi.
Waktu menunjukkan pukul dua siang. Lelaki berkacamata yang sedang asyik membidik model itu tiba-tiba menghampiri.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Selamat datang di studio.." sapa ramah lelaki berjaket abu-abu.
"Saya Ronny," ucapnya sopan. Tak menungu lama, ia lalu membuka cerita.
.jpeg)
(Seonggok payung umroh disulapnya menjadi payung untuk kepentingan fotografi diawal kariernya. Prinsipnya sederhana, yaitu bagaimana kita menggunakan apa yang kita punya secara maksimal. Foto: Dok. RM Ario Indrotjahyo/Ronny)
Suka berimajinasi
Di kala anak-anak gemar menghabiskan waktu untuk berlari kian kemari, pemilik nama lengkap RM Ario Indrotjahyo (atau yang lebih sering disapa Ronny ini) lebih memilih untuk mengeksplorasi imajinasinya.
Berkhayal, membayangkan gambar ini dan itu.
Mungkin awalnya terasa janggal baginya, tapi siapa sangka, hal yang sempat dipertanyakannya itu justru membawanya ke titik terbaik hidupnya.
“Dari kecil saya suka berimajinasi dengan gambar. Saya juga introvert dulu,” tuturnya pada Medcom.id di studio Ronny Ario Joewono Photography. Sebuah studio foto miliknya sejak 1990 di Cipete.
Di dalam studio yang didominasi warna putih itu, Ronny menjelaskan bagaimana ia mulai menyeriusi kesukaannya terhadap imajinasi.
"Awalnya saya lihat-lihat majalah dari luar seperti Vogue. Dari situ saya mikir, kok bisa bagus gini. Dalam artian simpel tapi bagus. Kemudian saya jadi tertarik pada fotografi. Ya, mulailah bereskperimen,” tutur jebolan arsitektur Trisakti ini.
Ronny terus mengasah kemampuan artistiknya dalam bidang fotografi. Semua dimulainya dari nol hingga dia mendapat berbagai bentuk apresiasi dari berbagai kalangan.
“Diawali saya foto kakak saya dan merias wajahnya. Awalnya riasannya berantakan, kedua juga berantakan, sampai akhirnya saya dapat yang pas dengan permainan lighting saya yang seadanya," kenang Ronny.
"Saya foto kemudian cetak. Kemudian, orang di sana bilang foto saya bagus. Lalu saya mulai berpikir, apakah saya memiliki talenta di bidang ini?” tanyanya dalam hati.
Komentar tersebut mendorongnya untuk mencoba terus. Dia bekerja sama dengan temannya untuk memfoto para perempuan yang mau terlihat cantik. Ini menjadi sebuah tantangan menarik bagi Ronny.
“Teman saya punya teman kos sejumlah 40 orang. Dari sana berkembang terus sehingga ada permintaan untuk motret buat mereka. Di situ yang saya tangani bukan model, tapi orang biasa yang tidak biasa di depan kamera,” tuturnya.
(Baca juga: Tips Memotret Flat Lay Photography dari Food Influencer Fellexandro Ruby)
.jpeg)
(Passion fotografi membangunkan sosok lain dari Ronny yang tersembunyi. Foto: Dok. RM Ario Indrotjahyo/Ronny)
Bermodal alat sederhana
Tak ada modal, Ronny pun tak patah semangat. “Saya lihat ada kamera tergeletak Pentax S2 kalau tidak salah. Lensa zoom, produksi tahun 70-an. Lalu saya lihat majalah Vogue. Di pikiran saya apakah ini pakai kamera yang sama dengan punya saya?” kenang Ronny yang kemudian ingin mencobanya.
Secara detail Ronny memerhatikan secara seksama aspek lainnya seperti, komposisi dalam foto di salah satu majalah fesyen paling terkenal di dunia itu.
Apakah tentang baju, modelnya, make up, tekstur rambut, figur model dan sebagainya. Lantas ia memulai dari yang paling sederhana.
"Ibu!" pikir Ronny.
Lantas ia memberanikan diri untuk meminjam apa yang ibunya punya. Make up, baju, aksesori. Lalu sang kakaklah yang jadi bahan percobaan pertamanya. Untuknya mencoba dari mulai yang sederhana tak mengapa bagi lelaki berkacamata ini. Karena kreativitaslah yang utama.
Seonggok payung umroh disulapnya menjadi payung untuk kepentingan fotografi.
"Prinsip saya juga sama dengan kamera kuno dan lighting seadanya. Intinya, kembali lagi bagaimana kita menggunakan segalanya,” tutur lelaki yang murah senyum ini.
(Salah satu hasil karya foto Ronny. Foto: Dok. Instagram Ronny/@ronnyariojoewono)
Panggilan berkarier jadi fotografer
Walaupun kuliah arsitektur juga sama enaknya dengan fotografi, namun Ronny lebih memilih untuk mengembangkan kariernya dalam bidang fotografi.
Apresiasi dari orang sekitar menjadi semangat tersendiri bagi Ronny.
“Awalnya saya ingin jadi arsitek. Saya juga menikmatinya karena di awal kuliah saja saya mulai terima gambar interior design dengan bayaran yang tinggi. Tapi sambil berjalan fotografi, saya menemukan ada satu hal yang berbeda. Hasil (fotografi) lebih cepat dan langsung dapat komentar langsung dari klien. Itu sangat membanggakan,” aku penyuka kuliner udang dan sambal matah Bali ini.
Mengukuhkan keinginannya, tahun 1988, Ronny pun akhirnya membuat kartu nama dan pengunjung juga masuk secara teratur. Peminat jasa fotografinya pun terus meningkat.
Sampai pada tahun 1990, Ronny akhirnya membuat dua studio di daerah Menteng, dan pada tahun 1999 kemudian berpindah ke Senopati, dan terakhir bertempat di Cipete.
Nama Ronny terus berkibar. Banyak orang yang memercayai jasanya. Sampai-sampai pada tahun 2002-2004 waiting list Ronny harus menunggu setahun.
Ini tak lain karena karya Ronny begitu sempurna. Dengan tangan dinginnya, ia menghasilkan karya fotografi yang indah.
Bagi Ronny, profesi fotografer adalah sebuah profesi yang menjanjikan. Kuncinya adalah menjalankan pekerjaan ini dengan sepenuh hati.
Kini Ronny termasuk dalam jajaran fotografer handal dan cukup terkenal di Indonesia. Buktinya ia telah tiga tahun dipercaya menjadi official fotografer Puteri Indonesia.
"Sebetulnya pingin angan-angan motret Miss Universe. Semoga sehabis Puteri Indonesia, ada kesempatan untuk foto Miss Universe," ucap lelaki yang juga hobi nyanyi ini.
Tujuannya bukan untuk jadi lebih terkenal, "Tapi, lebih berhasilkah saya bisa foto Miss Universe?” harapnya.
(1).jpeg)
(Ronny memulai kariernya dari nol hingga dia mendapat berbagai bentuk apresiasi dari berbagai kalangan. Foto: Dok. RM Ario Indrotjahyo/Ronny)
Perubahan kepribadian
Lelaki yang kini terjun ke dalam dunia musik dan membuat trio bernama Belagro Project ini mengakui ia dulu adalah sosok yang memiliki kepribadian introvert. Namun sejak terjun ke dunia fotografi, ia merasa bahwa ada perubahan dalam dirinya.
“Sejak mulai main di fotografi, saya merasa enjoy dengan orang. Saya juga semakin suka memelajari orang. Saya jadi terbiasa untuk bicara dan memberikan positive vibes," ungkapnya.
"Saya terkejut dulu dari introvert sekarang malah menjadi mudah ngobrol sama orang,” senyum lelaki yang suka kelapa muda ini. Ia merasa bahwa fotografi membawanya menjadi sosok yang lebih baik.
Passion fotografi membangunkan sosok lain dari Ronny yang tersembunyi.
Baginya memfoto merupakan membidik makna kehidupan. "Berkaryalah dengan sepenuh hati karena berkarya tidak pernah ada batasan usia,” ungkap Ronny yang merupakan motto hidupnya.
Seperti ungkapan yang ditulis oleh Henri Cartier-Bresson (fotografer Prancis, pionir dari fotojurnalisme modern), sebuah foto dibuat dengan mata, hati dan kepala tak cukup hanya dengan kamera.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)