"Barbershop pasti ada terus karena sudah jadi bagian kehidupan laki-laki kota," ujarnya kepada Metrotvnews.com.
Namun, seiring berjalannya waktu, lanjut Hikmat, barbershop mungkin tidak akan menjadi hal yang unik atau menarik lagi. Menurutnya, akan ada titik di mana kaum pria menganggap barbershop adalah hal biasa.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Meskipun kemunculan barbershop kini semakin berkembang, bukan berarti tempat cukur rambut yang sejak dulu ada seperti pangkas rambut Madura atau Asgar yang ada di pinggir jalan, bangkrut atau kalah bersaing.
"Di Jakarta, kelas menengah ke bawah juga masih banyak. Tempat cukur di pinggir jalan masih dibutuhkan dan dicari orang lho, jangan salah," jelas Hikmat.
Bahkan, sudah banyak tukang pangkas rambut pinggir jalan yang direkrut oleh barbershop untuk menjadi tukang cukur. Dilihat dari cara cukur rambut atau bentuk potongan antara barbershop dan pangkas rambut pinggir jalan memiliki kemiripan. Hanya saja, perbedaan mendasar adalah barbershop mampu memberikan pelayanan yang beragam dan tempat yang lebih nyaman.
"Barbershop kan ada haircut, hairstyle, massage, coloring, creambath, hair wash hingga shaving. Ditambah tempatnya yang super nyaman. Kalau pangkas rambut asgar umumnya hanya untuk mencukur saja," lanjutnya.
Akan tetapi, ini bukan berarti barbershop dapat disamakan seperti salon. Di Salon, lanjut Hikmat, tidak memiliki alat cukur yang lengkap seperti barbershop. "Kalau salon gunting rambut ya pakai gunting. Jadi tidak bisa menghasilkan model rambut cepak. Makanya, salon identik dengan wanita. Jelas beda sama barbershop," ujarnya. (Sumarni)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(LOV)