Setelah dilakukan penjurian, mereka pun langsung memakan nasi liwet bersama di atas daun yang telah disiapkan. Tradisi ini adalah untuk mengenalkan makanan khas Sunda sekaligus memupuk kebersamaan di antara santri.
Santri dari tingkat MTs hingga SMA di pesantren itu menggelar tradisi munggahan yang biasa dilakukan menjelang Ramadan, yaitu festival ngaliwet. Kegiatan ini juga dimanfaatkan untuk anjang lomba antarkelompok siswa dan ajang perayaan kenaikan kelas dan kelulusan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ada sekitar 40 kelompok yang mengikuti perlombaan ini. Mereka memasak sendiri dan menyuguhkan masakan nasi liwet lengkap dengan makanan pendamping yang tidak ketinggalan adalah ikan asin serta sambal dan lalap seperti pete. Ada juga yang menghias menu dengan menambah ayam atau ikan goreng serta minuman kelapa muda.
Kreasi para santri untuk menarik para juri pun dilakukan. Ada yang menyajikan makanan dihias di atas meja. Namun ada juga yang disajikan dengan cara lesehan. Bahkan nasi liwet serta lauknya sudah ditaruh di daun pisang. Ada juga yang menampilkan poster foto Bob Marley atau menghias stand dan penjaganya berbusana daerah Sunda.
Setelah selesai dilakukan penjurian, para santri pun menaruh semua hasil karyanya itu di atas daun pisang, kemudian secara bersama-sama dimakan.
Kebersamaan inilah yang dirasakan para santri. Mereka menikmati bersama tanpa ada perbedaan.
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Darusalam, Fadli Yani Ainusyamsi, kegiatan ini merupakan ajang unuk meningkatkan kreativitas anak serta untuk memupuk kebersamaan sekaligus sebagai acara munggahan jelang Ramadan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (ADF)
