Terdapat tiga bangunan gapura menyerupai candi di bagian depan masjid. Satu gapura berukuran cukup besar berada di depan halaman masjid dengan tinggi 18 meter. Sementara, dua gapura lainnya berada di serambi dan di dalam ruang masjid.
Bangunan gapura masjid menyerupai candi merupakan bentuk akulturasi budaya Hindu dan Islam yang dipilih Jafar Sodik untuk menyiarkan agama Islam di tanah Jawa. Mengingat pada masa itu, agama Hindu menjadi agama mayoritas.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Bentuk akulturasi dua budaya yang lain ialah saat masyarakat Kudus tidak menyembelih sapi. Dalam kepercayaan Hindu, sapi merupakan hewan suci kendaraan para dewa, sehingga pantang untuk disembelih.
Hal tersebut hingga kini dibuktikan dengan sajian makanan, di mana penggunaan daging lebih banyak menggunakan daging kerbau. Misalnya, sate kerbau maupun soto kerbau.
Selain Masjid Al Aqsa di Kelurahan Kauman, masih banyak lagi peninggalan Jafar Sodik yang tersebar di berbagai tempat di wilayah Kudus. Hampir semuanya mencirikan perpaduan agama Hindu dengan Islam yang terjadi pada masa itu.
Saat Ramadan seperti sekarang, Masjid Al Aqsa menjadi jujugan wisatawan. Ada yang datang sekeadar singgah menunaikan kewajiban salat, ada pula yang sengaja datang untuk mempertebal keimanan di bulan Ramadan dengan memperbanyak ibadah di masjid Menara Kudus.
Nur Said, warga Mlonggo Kabupaten Jepara, pemudik dari Jakarta, sengaja singgah sebelum pulang kampung untuk mengenang sejarah.
“Kemarin perjalanan pulang kampung dari Jakarta, sengaja berhenti di Masjid Demak untuk salat Zuhur kemudian salat Ashar di Masjid Menara. Sampai rumah pas Magrib,” ujar Said.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (UWA)