Tradisi ruwah merupakan tradisi saling berkunjung dan bersilaturahmi, mirip dengan suasana lebaran Idul Fitri. Dalam tradisi ruwah, warga membawa beraneka ragam makanan ke masjid atau musala untuk disantap bersama-sama. Beragam jenis makanan itu baru bisa disantap setelah pemuka agama menggelar doa untuk para leluhur dan keluarga yang telah meninggal dunia.
"Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun untuk mengirim doa dan mengenang leluhur yang telah meninggal dunia," kata salah satu warga Desa Gadung, Supiandi, Selasa (24/5/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Setelah berdoa, warga selanjutnya menyambut tamu kehormatan dan warga yang datang dari desa lain. Tradisi ruwah juga bertujuan untuk menjaga silaturahmi warga antarkampung.
"Hari ini ruwah digelar di Desa Gadung dan Jeriji, besoknya tradisi ini digelar di desa lainnya, sehingga seluruh desa mengelar ruwah sebelum puasa Ramadan," ujarnya.
Erwin, salah satu warga Desa Bikang sengaja datang ke Desa Gadung untuk turut serta merayakan tradisi ruah.
"Kami rencananya akan mengelar ruwah pada Rabu (25/5) dan diharapkan warga Desa Gadung juga hadir," katanya.
Ia mengatakan waktu pelaksanaan ruwah di masing-masing tidak sama, maka masih bisa berkunjung kalau lebaran kemungkinan agak sulit berkunjung karena sama-sama merayakan.
"Semoga dengan kedatangan ini bisa membawa berkah dan saling kunjung ketika desa kami merayakannya," harapnya. (Antara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (MEL)