Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

Warga menyantap berbagai masakan dari hasil bumi dalam acara Sadranan di Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah. (Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra)
Warga menyantap berbagai masakan dari hasil bumi dalam acara Sadranan di Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah. (Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra)

Warga Lereng Merapi Gelar Tradisi Sadranan Menjelang Ramadan

24 Mei 2016 16:17
medcom.id, Boyolali: Ribuan warga lereng Gunung Merapi mengikuti upacara tradisi Sadranan menjelang Bulan Puasa di Dukuh Tunggulsari, Desa Sukabumi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (24/5/2016).
 
Warga menuju pemakaman umum Puroloyo di Desa Sukabumi, Kecamatan Cepogo, sambil membawa tenong atau wadah dari anyaman bambu berbentuk bundar, berisi aneka makanan untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat.
 
Upacara tradisi diawali dengan doa bersama yang dipimpin seorang pemuka agama desa setempat. Di tempat itu, masyarakat mendoakan para leluhur dan bersyukur atas limpahan kemakmuran dari Tuhan yang diberikan kepada masyarakat.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Seorang tokoh masyarakat setempat, Maskuri, mengatakan tradisi sadranan merupakan salah satu cara berdakwah Wali Songo. Para wali mengutus muridnya yang bernamaKiai Haji Ibrahim ke daerah itu. Ibrahim kemudian dimakamkan di tempat pemakaman umum Puroloyo.
 
"Para keturunan Kiai Ibrahim yang melanjutkan tradisi itu, hingga sekarang oleh masyarakat di Sukabumi," kata Maskuri.
 
Setelah berdoa, mereka kemudian membagikan makanan, aneka kue khas, atau jajanan pasar yang menggambarkan kemakmuran hasil bumi masyarakat sekitar.
 
"Upacara ritual Sadranan dengan membawa makanan untuk dibagikan warga yang tidak mampu ini merupakan tradisi yang dilakukan sejak para leluhur, cikal bakal, zaman penyebaran agama Islam di desa ini," katanya.
 
Hingga saat ini, warga setempat setiap menjelang puasa melakukan tradisi tersebut. Mereka datang dari berbagai kota, pulang ke kampung untuk mengikuti tradisi tersebut.
 
Dia menyebut tenong yang dibawa warga ke tempat upacara tahun ini, sekitar 900 unit atau meningkat sekitar 200 unit dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal itu menandakan kesejahteraan masyarakat di Desa Sukabumi semakin meningkat.
 
Bahkan, katanya, masyarakat yang pulang kampung untuk upacara Sadranan justru lebih banyak jika dibandingkan dengan saat Idul Fitri atau Lebaran.
 
"Pengunjung pada upacara 'sadranan' bisa mencapai 1.500 hingga 2.000 orang," katanya.
 
Setelah mengikuti upacara Sadranan, mereka kemudian pulang ke rumah masing-masing dengan pintu rumah terbuka sebagai tanda kesiapan menerima tamu, baik sanak-saudara maupun teman. Para tamu juga mendapatkan sajian makanan.
 
Murtini (54), warga Dukuh Tunggulsari, Desa Sukabumi, mengatakan keluarganya telah menyiapkan berbagai hidangan dalam tradisi Sadranan. Mereka bersilaturahmi dan saling memaafkan sebelum memasuki Bulan Puasa.
 
"Setiap tamu bisa merasakan menu yang dihidangkan setiap rumah. Mereka seharian bisa berkunjung ke belasan rumah milik warga sekitar, sambil mencicipi menu yang dihidangkan," katanya.
 
Menurut dia, jika banyak tamu yang berkunjung dan menyantap hidangan yang disiapkan maka masyarakat percaya akan diberikan rezeki yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa.
 
"Kita yang setiap hari bekerja sebagian hasilnya harus disedekahan kepada masyarakat yang memerlukan. Hal ini diyakini dapat melancarkan usahanya dansemakin sejahtera," katanya. (Antara)
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(MEL)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif