Kondisi itu persis seperti musim hujan awal tahun ini. Ruas jalan rusak dan berlubang yang sebelumnya diperbaiki kembali rusak karena tergenang air hujan. Kondisi ini membahayakan keselamatan pengguna jalan raya, terutama pengedara sepeda motor.
Ruas Jalan WJ Lalamentik misalnya, baru baru ditambal pada beberpa bulan lalu. Kini jalan itu rusak lagi. Selain itu, jalan bergelombang di sepanjang Jalan Soeharto dan Amabi tidak kunjung diperbaiki.
"Penambalan jalan juga terlihat di lokasi tertentu saja. Jika ruas jalan tidak diperbaiki, jalan rusak akan terus bertambah," kata Filipus, warga Kelurahan Liliba.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut dia, jalan rusak terbanyak terdapat di Kelurahan Liliba hingga Kelurahan Naimata. Jalan-jalan itu belum mendapat sentuhan. Jalan rusak selalu berubah menjadi danau di tengah jalan karena tergenang air hujan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Nusa Tenggara Timur Andre Koreh mengatakan, perbaikan jalan rusak lamban dilakukan akibat kemampuan keuangan daerah amat terbatas. Setiap tahun anggaran, alokasi APBD Nusa Tenggara Timur untuk perbaikan jalan rusak hanya berkisar Rp3-Rp3,5 miliar. Ini hanya mampu memperbaiki jalan provinsi yang rusak sepanjang 50 kilometer.
Padahal, ada sekitar 1.000 kilometer ruas jalan provinsi di Nusa Tenggara Timur saat ini dalam kondisi rusak. Angka itu belum termasuk jalan 70 persen dari 14.000 ruas jalan kabupaten dan kota yang juga rusak. (Palce Amalo)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (DOR)