Ketua Umum DPP REI Paulus Totok Lusida mengatakan meski begitu pandemi covid-19 menghantam hebat sejumlah subsektor properti.
Dia mencatat, kinerja mal ambles 85 persen, okupansi hotel turun 95 persen, perkantoran turun 74 persen, rumah komersial turun, namun rumah subidi masih bertahan.
"Ada beberapa risiko dan tantangan sektor properti tahun ini," jelasnya dalam webinar Rumah Sehat Sebagai Kebutuhan Gaya Hidup, Kamis, 18 Februari 2021.
Pertama, pandemi tidak tertangani sampai akhir tahun dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terus berlanjut.
Kemudian, resesi ekonomi dan PHK 5–30 persen dari pekerja formal, lalu implementasi UU Cipta Kerja tidak probisnis, serta perubahan gaya hidup konsumen.
"Peluang sektor properti tahun ini datang dari vaksin gratis untuk seluruh penduduk Indonesia," ungkapnya.
Peluang lainnya kenaikan anggaran infrastruktur 47 persen menjadi Rp414 triliun, penurunan suku bunga BI7DRR 3,75 persen, penurunan suku bunga KPR/KPA, kenaikan kredit properti.
Selanjutnya, anggaran FLPP MBR meningkat, dan relaksasi properti menengah atas (PPnBM, LTV rumah kedua). Pemulihan daya beli pembeli dan investor, pasokan klaster baru, UU Cipta Kerja probisnis, proyek ibu kota baru Rp446 triliun.
"Pengembang yang bertahan adalah yang bereputasi baik, punya land bank matang, keragaman produk, runya recurring income, dan menjalin kolaborasi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News