“Kondisi pasar saat ini masih menantang dan para investor melihat bahwa dengan diperketatnya standar pinjaman akan menambah ketidakpastian di pasar real estat komersial,” kata CEO Capital Markets JLL Asia Pacific Stuart Crow dalam laporan yang dikutip Jumat, 9 Juni 2023.
Namun, menurutnya kondisi Asia Pasifik akan tetap aman dan diyakin bahwa risiko likuiditas masih terkendali dengan baik di kawasan ini, serta dimulainya kembali aktivitas investasi hanya tinggal menunggu waktu.
Investasi di subsektor properti juga turun
Investasi pasar perkantoran turun menjadi USD12,7 miliar dari USD17,3 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini menjadikan kuartal ini salah satu kuartal terlemah sepanjang sejarah di sektor perkantoran seiring dengan tekanan suku bunga dan penentuan harga aset yang berdampak pada perdagangan.Baca juga: Baca juga: Investasi Real Estat di Asia Pasifik Turun 27% |
Demikian pula, volume di sektor logistik dan industrial turun sebesar 24 persen secara tahunan karena jumlah transaksi yang bernilai lebih dari USD100 juta berkurang, seiring dengan dimulainya siklus baru penentuan harga dan tantangan pendanaan.
Aktivitas investasi di sektor ritel masih sepi dengan catatan pembukuan hanya USD5,3 miliar pada kuartal pertama 2023. Transaksi ini di bawah rata-rata triwulanan lima tahun terakhir sebesar USD7,5 miliar. Pada kuartal pertama tahun ini, sebagian besar transaksi pusat perbelanjaan skala besar menghilang di wilayah tersebut.
Investasi di pasar perhotelan Asia Pasifik mencapai USD2,4 miliar pada kuartal ini, atau turun 30 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya,meskipun ada pertumbuhan aktivitas di pasar tersebut dan adanya sentimen dari pengaruh makro ekonomi.
Head of Investor Intelligence JLL Asia Pacific Pamela Ambler tidak mengantisipasi perubahan harga ke level yang tepat, walaupun zona Asia Pasifik tertinggal dalam siklus penyesuaian harga pada saat ini.
"Kami berharap tingkat penyesuaian harga akan mencapai puncaknya di kuartal kedua, lalu akan berjalan secara moderat pada paruh kedua tahun ini dikarenakan biaya bunga pinjaman yang berpotensi turun seiring penurunan suku bunga," ujarnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News