Padahal, data yang dirilis Indonesia Property Watch di akhir 2019, pasar perumahan telah menunjukkan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan pada 2018 sebesar 10,5 persen.
CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menjelaskan bahwa kondisi properti saat ini sebenarnya sangat dipengaruhi faktor-faktor diluar siklus pasar properti itu sendiri.
"Pasar properti di Tanah Air secara fundamental harusnya sudah siap naik, namun beberapa faktor yang berada di luar siklus pasar properti itu sendiri membuat bisnis properti harus menghitung ulang kesiapannya untuk naik pada 2020," jelasnya dalam keterangan tertulis, Jumat, 13 Maret 2020.
Ali melanjutkan, sebelum ada wabah covid-19, para investor masih menahan untuk investasi properti. Dengan kondisi saat ini pastinya akan sangat memengaruhi psikologis pasar investor untuk semakin lama menahan diri berinvestasi di sektor properti.
"Meskipun secara daya beli para investor ini masih mempunyai potensi yang sangat besar. Paling tidak terdapat Rp5.999 triliun dana pihak ketiga yang masih 'parkir' di perbankan yang belum digunakan sebagai dana investasi," jelasnya.
Sementara itu, untuk pasar end-user dianggap masih berpeluang tinggi di tengah virus korona. Terutama hunian dengan harga di bawah Rp1 miliar yang menjadi pasar end-user.
Namun berdasarkan survei IPW, pasar end-user yang seharusnya sedikit banyak dapat membantu peningkatan pasar properti, ternyata sebanyak 35 persen menyatakan ikut menahan realisasi pembeliannya dalam waktu yang belum dapat ditentukan.
"Ini karena ada kekhawatiran PHK perusahaan yang menyebabkan bertambahnya tingkat pengangguran. Kondisi ini memaksa pasar properti akan sedikit 'kehilangan' pasarnya untuk sementara waktu," ungkap Ali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News