Padahal pemerintah telah memberikan diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk rumah tapak dan rumah susun dengan harga maksimal Rp2 miliar untuk proyek ready stock.
Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan, rumah tapak yang ready stock lebih banyak jumlahnya dari apartemen.
"Berbeda dengan rumah, menjual apartemen masih dalam tahap konstruksi sehingga jarang ada unit yang bisa dilihat. Sedangkan rumah meski membangun satu kluster, tapi jika satu unit selesai sudah bisa dijual," jelasnya dikutip Kamis, 7 Oktober 2021.
Selain itu, biaya investasi pembangunan apartemen juga lebih besar dibandingkan rumah tapak. Sehingga harga jual apartemen tidak mengalami kenaikan.

Sumber: Colliers Indonesia
"Lebih mudah cari rumah yang ready stock, kalau apartemen susah kecuali apartemen lama. Hal tersebut yang membuat harga rumah lebih menarik," jelasnya.
Dalam laporan, harga jual apartemen tidak ada kenaikan dan berada di level USD35 juta per meter persegi. Sementara rumah dengan harga terjangkau di bawah Rp2 miliar masih banyak diburu.
Menurut Ferry, meski apartemen mengalami penurunan, tak serta merta membuat permintaan rumah meningkat. Pasalnya kebutuhan setiap orang untuk hunian berbeda.
"Bukan apartemen turun, jadi rumah meningkat, tapi karena kebutuhan berbeda-beda. Jadi yang dilihat itu ketersediaan stok, karena rumah lebih banyak, dan variasi harga lebih banyak dari apartemen," ungkap Ferry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News