Di Jakarta, semester awal 2025 tidak mudah bagi industri perhotelan. Hilangnya permintaan dari segmen pemerintah membuat banyak hotel harus memutar arah ke pasar korporasi. Meski segmen ini tumbuh, persaingan kian ketat dan belum mampu sepenuhnya menutup kekosongan yang ditinggalkan.
Ferry Salanto, Head of Research, menjelaskan, “Kinerja hotel di Jakarta menunjukkan peningkatan dari kuartal I ke kuartal II, seiring meningkatnya aktivitas bisnis. Namun tren positif ini belum bisa dianggap pemulihan penuh, karena penurunan signifikan dari segmen pemerintah masih membebani pasar.”
Dengan kondisi ini, pelaku hotel di ibu kota kini semakin proaktif menjajaki pasar baru, menerapkan strategi harga yang lebih fleksibel, hingga memperkuat penawaran bagi segmen FIT (Free Independent Traveler) yang belakangan menunjukkan tren meningkat.
Bali jadi lokomotif pemulihan
Berbeda dengan Jakarta, Bali justru tampil sebagai motor pertumbuhan industri perhotelan. Sejak libur Idulfitri pada April lalu, aktivitas wisata meningkat pesat. Libur panjang kuartal II dan tambahan rute penerbangan langsung dari China serta Australia semakin memperkuat performa hotel di Pulau Dewata.Baca juga: Tarif Hotel di Lombok dan Bali Naik 19% saat MotoGP Mandalika 2025 |
Arus wisatawan Australia pada musim dingin juga ikut mendorong okupansi. Momentum ini diprediksi akan berlanjut hingga kuartal III 2025.
“Bali terus menarik minat kuat dari investor, dengan pipeline pembangunan signifikan hingga 2027,” tambah Ferry. Meski sempat terkoreksi pada kuartal I, prospek akhir tahun dinilai lebih cerah, meski pertumbuhannya masih akan bersifat moderat.
Optimisme menyongsong paruh kedua
Melihat dinamika tersebut, pelaku hotel menaruh harapan besar pada paruh kedua 2025. Dukungan pemerintah dalam bentuk insentif atau pelonggaran regulasi bisa menjadi katalis penting.Selain itu, meningkatnya permintaan dari segmen korporasi dan wisatawan independen diperkirakan akan menutup sebagian celah yang ada. Namun, agar momentum tetap terjaga, para pemangku kepentingan disarankan untuk mendiversifikasi segmen sasaran (tidak bergantung pada satu pasar saja).
Selain itu, menyesuaikan strategi harga sesuai daya beli dan tren perjalanan dan menghadirkan penawaran inovatif, mulai dari paket bleisure (business + leisure) hingga pengalaman lokal yang lebih autentik.
Dengan langkah adaptif ini, pelaku hotel optimis dapat mengarungi sisa 2025 dengan kinerja yang lebih stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id