Proyek revitalisasi Kali Besar dimulai sejak 2016. Pada saat itu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok meminta Budi Lim -arsitek spesialis konservasi dan restorasi bangunan bersejarah- untuk merancang ulang Kali Besar. Beberapa karya Budi Lim mendapat penghargaan dari Unesco, salah satunya gedung arsip nasional.
Terinspirasi revitalisasi Sungai Cheonggyecheon di Seoul, Ahok ingin agar Kali Besar mendukung Kota Tua menjadi sebuah ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan warga untuk berbagai aktivitas. Tak hanya sekedar untuk jalan-jalan, kawasan ini juga diharapkan bisa menjadi aktivitas sosial-budaya bagi warga Jakarta.
Maka kawasan seluas 5 hektare tersebut dibagi menjadi area wisata air dengan taman. Terdapat jembatan yang difungsikan sebagai penghubung di area taman dan satu jembatan memberi akses ke lapak-lapak pedagang.

Bangku bagi pengunjung bersantai menikmati suasana pagi dan petang di tepian Kali Besar, Kota Tua, Jakarta. MI/Ramdani
Di sepanjang tanggulnya disediakan bangku-bangku menghadap deretan bangunan tua di sekitar kawasan Kali Besar. Beberapa lokasi dibuat untuk menyediakan atraksi kesenian ataupun pertunjukkan musik.
Desain baru Kali Besar ini ramah bagi penyandang cacat. Ada guiding block di sana dan ada akses untuk orang dengan kursi roda ke jembatan. Sehingga pada atlet Asian Paragames pada Oktober mendatang juga bisa berwisata ke mari.
Proyek digelar dengan skema Public Private Partnership (PPP) atau kemitraan antara pemerintah dan dunia usaha serta melibatkan komunitas. Proyek tersebut dikerjakan oleh perusahaan properti PT Sampoerna Land.
Proses revitalisasi
Desain awal revitalisasi Kali Besar juga mencakup fungsi pengendali banjir. Pintu air dibuat untuk menjaga ketinggian air agar bisa dipakai setiap saat.

Tanggul setinggi dua meter di dua sisi pintu air ini dinilai bisa menyebabkan Kali Besar meluap ketika debit air maksimal. MI/Akmal Fauzi
Revitalisasi Kali Besar juga mencakup pembersihan air Kali Krukut yang melintasi wilayah itu. Pemerintah menyiapkan sebuah sistem filterisasi air yang dibangun di kawasan Pasar Asemka, lokasi yang berdekatan dengan Kali Besar. Filterisasi air dilakukan menggunakan sebuah mesin yang didatangkan secara langsung dari Belanda.
Proses penjernihan kali sempat terhenti. Penyebabnya teneman sebuah situs sejarah berupa tiang beton atau pondasi yang tenggelam saat pengerjaan.
Tim Cagar Budaya Disbudpar DKI kemudian melakukan pengujian di kawasan Kali Besar untuk memastikan adanya kandungan benda-benda atau artefak di sekitar lokasi proyek. Hasilnya, ditemukan bahwa kayu-kayu yang berada di dalam kali merupakan bagian dari sistem perairan zaman Belanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News