“Pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) saat ini dilakukan melalui KPR FLPP, subsidi selisih bunga dan subsidi bantuan uang muka. Namun dananya berasal dari APBN yang terbatas. Hadirnya Tapera diharapkan memperluas jangkauan MBR yang bisa menikmati fasilitas pembiayaan perumahan,” jelas Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan, Kementerian PUPR Lana Winayanti dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (22/3/2018)
Ada kemungkinan skema pembiayaan KPR FLPP dan Subsidi Selisih Bunga (SSB) disinergikan dengan BP Tapera. Bentuk sinergi dari dua skema pembiaayaan berbeda tersebut akan diatur komisioner BP Tapera.
"Wacananya sudah ada. Tapi bagaimana bentuknya, itu masih proses. Konsep satunya memungut dari pekerja (FLPP), satunya dari pemerintah (SSB). Bila udah ada deputi komisionernya, bank kustodian dan manager investasi pengelolanya baru jelas," jelas Lana.

Tahun ini, porsi pembiayaan rumah dengan bantuan FLPP akan ditambah menjadi 42 ribu unit dan SBB menjadi 255 ribu unit. Anggaran masing-masing yakni Rp 4 triliun dan Rp 2,6 triliun. Namun, anggaran tersebut belum termasuk dana suntikan dari SMF sebesar Rp3 trilliun.
"Pembiayaan melalui bantuan FLPP dan SBB sudah mencapai 267 ribu unit. Nanti dengan BP Tapera diharapkan tahun pertama bisa mencapai 20 ribu dan selanjutnya 100 ribu dengan catatan dana yang digunakan murni milik peserta Tapera," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News