Pemindahan Ibu Kota menjadi salah satu prioritas nasional. Pemerintah tengah menyiapkan dan menyusun master plan, bahkan beberapa pembangunan infrastruktur terus dilakukan.
Konsul Jenderal KJRI Osaka Mirza Nurhidayat mengungkapkan, proses pemindahan ibu kota bukanlah hal yang mudah, setidaknya ada tiga hal yang menjadi tantangan.
"Yakni pembangunan infrastruktur, pemindahan manusia, dan membuat suatu peradaban yang memperhatikan isu-isu lingkungan, dan sustainability dari ibu kota baru," ungkapnya dalam diskusi Indonesia’s New Capital: Opportunities and Challenges yang diadakan Kyoto Ideas Forum (KIF).
Jepang merupakan negara yang pernah melakukan pemindahan ibu kota, bahkan sebelum memasuki abad-21. Mirza bercerita pengalaman Jepang memindahkan ibu kota dari Kyoto ke Tokyo.
"Namun, tentunya proses pemindahan ibu kota saat itu tidak bisa dibandingkan dengan rencana pemindahan ibu kota Indonesia saat ini, baik dari sejarah, politik, maupun sosial budaya," ujarnya.
Mirza menambahkan, kepentingan pemindahan ibu kota tidak hanya untuk kesejahteraan manusia, namun juga bertujuan untuk menciptakan Peradaban Lestari dalam aspek sosial, teknologi dan lingkungan di IKN baru.
"Paradigma, mindset, dan kebiasaan atau gaya hidup baru dalam mendukung terciptanya Peradaban Lestari perlu dibentuk dengan persiapan yang matang," jelasnya.
Harapannya, kegiatan ekonomi dapat didorong untuk menjadi peka terhadap kawasan penyangga kehidupan di sekitar IKN baru melalui simpul ekonomi lokal.
"Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan dapat diusahakan melalui sumber daya yang adaptif dan sistem yang terpadu, sehingga tercipta masyarakat baru berdaya saing global yang menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal," ungkap Mirza.
KIF merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kyoto-Shiga yang mengundang para diaspora untuk berkontribusi melalui pemikiran, ide, gagasan, dan solusi terkait pemindahan ibu kota dalam bentuk essai.
Kegiatan diawali dengan pengumpulan essai dari para diaspora di Jepang dan Indonesia yakni pelajar, mahasiswa S1/S2/S3, ilmuwan (dosen atau peneliti) Indonesia yang berkarir di Jepang, WNI yang sedang berada di Jepang, dan alumnus institusi pendidikan Jepang.
Essai yang telah terkumpul dan terpilih sebanyak 26 naskah dikompilasi menjadi bagian (chapter) dari buku yang dinamakan “Pustaka Aditya”.
Buku ini kemudian akan dipersembahkan untuk Pemerintah Indonesia sebagai salah satu sumbangsih pemikiran dan gagasan praktis dari Diaspora yang sedang atau pernah terkoneksi dengan Jepang.
Pengalaman hidup dan tinggal di Jepang para Diaspora menjadi inspirasi untuk penulisan essai, sehingga banyak pemikiran praktis yang terilhami dari negara Jepang dan tentunya memiliki potensi untuk diaplikasikan di IKN yang baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id