Namun, riset Lifepal.co.id, yang membandingkan antara data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dengan data penjualan properti residensial pada periode yang sama di masa pandemi ini, menunjukkan cerita yang menarik.
Penjualan properti justru meningkat, padahal optimisme konsumen terhadap perekonomian, yang tercermin lewat IKK tengah menurun drastis.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menjadi salah satu indikator utama dalam menilai kinerja perekonomian, yang biasanya terkait dengan tingkat konsumsi masyarakat dan proyeksi perekonomian jangka pendek.
Secara konseptual, IKK adalah suatu alat ukur yang dipakai untuk meneliti perilaku konsumen rumah tangga atas berbagai faktor ekonomi yang memengaruhi pengambilan keputusan, terutama terkait spending dan saving.
Data IKK ini diambil oleh Bank Indonesia melalui survei bulanan terhadap kurang lebih 4.600 rumah tangga sebagai responden dan menggunakan metode stratified random sampling di 18 kota.
IKK dihitung dengan metode balance score, yang menunjukkan bahwa jika indeks diatas 100 berarti optimistis, dan di bawah 100 berarti pesimistis.
Data pembandingnya, yakni data Survei Harga Properti Residensial merupakan survei triwulanan Bank Indonesia, yang bertujuan untuk mengetahui sumber tekanan inflasi dari sisi permintaan dan memperoleh informasi mengenai perkembangan dan sumber tekanan harga properti residensial sebagai salah satu indikator inflasi harga aset.
Penjualan rumah mengalami pertumbuhan pada triwulan II-2020, di tengah menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen.

Secara triwulanan, penjualan properti residensial pada triwulan II 2020 tumbuh sebesar 10,14 persen, meningkat dibanding -30,52 persen pada triwulan sebelumnya.
Kenaikan ini cukup signifikan mengingat penurunan yang tajam pada dua triwulan sebelumnya berturut-turut, yakni pada triwulan IV-2019 dan triwulan I-2020.
Yang menarik di sini, pertumbuhan penjualan pada triwulan II-2020 tersebut berlawanan dengan data IKK, yang justru tercatat turun pada triwulan yang sama.
Seperti disebut di awal artikel ini, IKK dihitung dengan metode balance score, yang menunjukan bahwa jika indeks di atas 100 berarti optimistis, dan di bawah 100 berarti pesimistis.
Artinya, pada triwulan II-2020, konsumen punya persepsi yang pesimistis menghadapi kondisi ekonomi saat ini dan beberapa bulan mendatang.
Penurunan suku bunga kredit belum mampu mengangkat pertumbuhan penjualan rumah secara year on year

Penjualan properti residensial primer pada triwulan II-2020 secara tahunan masih menunjukkan penurunan. Penjualan rumah pada periode tersebut tercatat sudah mengalami kontraksi sebesar -25,60 persen (yoy), tapi data triwulan II menunjukan perbaikan dari data triwulan I-2020, periode kontraksi yang terjadi mencapai -43,19 persen.
Suku bunga rata-rata kredit untuk kepemilikan rumah tinggal sebenarnya terus turun. Pada triwulan I-2020, tercatat suku bunga hanya berada di kisaran rata-rata 8,67 persen dan pada triwulan II-2020 terus turun menjadi 8,56 persen.
Namun, penurunan yang terbilang tidak signifikan tersebut dapat dikatakan menjadi penghambat pertumbuhan penjualan rumah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News