CEO LPKR John Riady menjelaskan, pertumbuhan permintaan lahan industri tersebut menunjukkan geliat investasi yang meningkat di tengah pemulihan dari pandemi covid-19.
"Pertumbuhan ekonomi digital memperluas kebutuhan pusat distribusi, pusat logistik, dan investasi lainnya, telah mendorong permintaan properti lahan industri," jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu, 27 Oktober 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Lippo Cikarang juga membukukan penjualan properti komersial seperti ruko dan kavling senilai Rp252 miliar per September 2021, atau naik 21 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan penjualan LPCK dengan sendirinya turut mendorong kinerja Lippo Karawaci sebagai induk usaha, yang memegang 84 persen saham perusahaan tersebut," ungkapnya.
John Riady menjelaskan, industri properti terbagi ke sejumlah sub sektor seperti perkantoran, apartemen, perumahan, mal, dan logistik pergudangan. Menurutnya, dua sektor yang masih bertumbuh meski di tengah pandemi covid-19 adalah rumah tapak (landed house) dan logistik.
"Sub sektor properti logistik bertumbuh cukup baik di tengah pandemi, karena terdorong industri e-commerce. Di kawasan industri Lippo Cikarang misalnya, sekitar 20-30 persen pembeli mengembangkan lahan untuk pergudangan. Properti logistik juga cukup bagus perkembangannya, karena ada pertumbuhan permintaan pergudangan (warehouse)," ungkapnya.
John menambahkan bahwa LPKR meningkatkan target prapenjualan Rp4,2 triliun pada tahun 2021. Sampai September 2021, realisasi prapenjualan LPKR telah mencapai Rp3,9 triliun.
"LPKR masih melihat produk rumah tapak sebagai pendorong utama kinerja prapenjualan sampai dengan akhir tahun 2021. Prapenjualan LPKR juga ditopang oleh LPCK melalui penjualan tanah industri, komersil, dan proyek rumah tapak Waterfront Estates," ujarnya.