Marketing Director Agung Podomoro Land Agung Wirajaya mengatakan tahun ini yang masih menjadi tantangan adalah pandemi. Namun, perseroan optimistis dengan penanganan pandemi dari pemerintah.
"Kami yakin pandemi akan berakhir. Optimisme ini yang dilihat oleh dunia usaha termasuk pelaku industri properti," katanya dalam webinar, Kamis, 17 Februari 2022.
Agung menjelaskan, properti jadi kebutuhan papan yang terus dibutuhkan masyarakat karena menjadi kebutuhan dasar. Atas dasar itu, dirinya meyakini bahwa tahun ini prospek properti akan cerah.
"Pandemi tidak hanya mengubah perilaku masyarakat, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia jadi lebih peka terhadap kesehatan. Di situ kami melihat peluang, beradaptasi dengan produk-produk pengembangan kami membuat rumah, hunian, bangunan yang sehat. Kami mengambil peluang itu di saat yang sama ketika developer yang lain masih wait and see," ujarnya.
Pemerintah juga melanjutkan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk perumahan selama sembilan bulan sampai dengan September 2022. Hal ini bentuk dukungan dari pemerintah terhadap sektor properti.
"Insentif PPN luar biasa berhasil, jadi dilanjutkan sama pemerintah sampai September. Ini akan dimanfaatkan sebaiknya oleh investor dan end user. Dan ini akan memberikan signal positif industri properti," katanya.
Di tengah situasi ekonomi yang dinamis, PT Agung Podomoro Tbk (APLN) bergerak taktis menghadirkan proyek baru dalam mengembangkan proyek existing. APLN juga mencatat marketing sales sebesar Rp2,7 triliun pada 2021, melampui target sebesar Rp2 triliun.
APLN juga mempercepat penyelesaian proyek. salah satunya proyek Kota Podomoro Tenjo yang diluncurkan saat puncak pandemi pada pertengahan 2020 menjadi penyumbang terbesar hingga 29 persen dari total marketing sales Agung Podomoro tahun lalu.
"Proyek ini telah terjual lebih dari 3.000 unit. Tidak hanya itu, APLN juga mengembangkan Podomoro Park Bandung dan Podomoro City Deli Medan, dua proyek baru yang memberi kontribusi masing-masing sebesar 22 persen dan 14 persen," jelasnya.
Proyek lainnya yakni Bukit Podomoro Jakarta telah menyumbang 7 persen marketing sales perusahaan. Selain itu ada Pakubuwono Spring dengan kontribusi 8 persen,
Podomoro Golf View sebesar 5 persen, dan Grand Taruma Karawang dengan kontribusi 4 persen.
"Jauh sebelum pandemi, kami telah menghadirkan produk sesuai kebutuhan masyarakat. Dengan pendekatan dan riset terhadap preferensi masyarakat, kami melihat kebutuhan masyarakat masa kini," ujar Agung.
Chief Marketing Officer Bukit Podomoro Jakarta Zaldy Wihardja menjelaskan strategi pengembangan yang dilakukan APLN turut menciptakan multiplier effect khususnya di masa pandemi melalui terbentuknya sentra ekonomi di lokasi-lokasi proyek termasuk penyerapan tenaga kerja.
"Kami masuk ke kawasan baru setelah itu baru diikuti pengembang-pengembang lainnya, kemudian infrastruktur dibangun sehingga menciptakan efek pengganda. Hal ini yang jadi landasan kami meluncurkan Bukit Podomoro Jakarta, dan menjadi pengembang pertama yang masuk ke wilayah Jakarta Timur," jelas Zaldy.
Zaldy mengatakan wilayah Jakarta Timur saat ini tengah mengalami fase sunrise dengan pertumbuhan harga tanah paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Hal ini ditopang oleh pembangunan infrastruktur yang masif seperti jalan tol, LRT, MRT, dalam beberapa tahun belakangan.
"Tidak hanya itu, rencana pembangunan rencana pembangunan infrastruktur jangka panjang dalam beberapa tahun ke depan juga dipercaya akan mendongkrak nilai investasi di kawasan ini," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News