"Kami brand lokal, tapi bahan dasarnya masih banyak dari luar negeri," kata Sales and Brand Manager Kitchen Wardrobe Vivere Multi Kreasi, Vina Permatasari saat ditemui dalam HOMEDEC 2018 di di ICE BSD, Tangerang Selatan, akhir pekan lalu.
Bila memang bahan baku tersebut merupakan salah satu yang dikenai kenaikan bea masuk, Vina berharap tidak terlalu tinggi prosentasenya. Sehingga pengusaha masih cukup leluasa mencari alternatif solusi mempertahankan harga jual akhir kepada pelanggan.
Khusus fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap USD sebulan terakhir, menurutnya masih dapat diatasi sebab bersifat temporer. Harga jual tidak serta merta naik sebab pembuatan produk kitchenset tetap di dalam negeri.
"Belum ada pengaruh walau ada pelemahan rupiah, kita mempertahankan harga lama. Kalau pun nanti ada kenaikan harga, itu lebih karena terdorong inflasi tahunan," jelasnya.
Upaya menahan harga juga sedang LIXIL Housing Technology lalukan. Produsen kusen jendela dan pintu aluminum PMA asal Jepang ini menggunaan bahan baku impor yang dirakit di dalam negeri.
"Kenaikan bea impor jelas berpengaruh, tapi kalau marketnya tumbuh kami kan bangun pabrik di sini supaya waktu pengiriman ke konsumen lebih cepat dan biaya produksi lebih murah," ungkap Sales Associate Director LIXIL Housing Technology, Hiendriyanto Go.
Keputusan pemerintah menaikkan pajak impor sebagai upaya menjaga nilai tukar rupiah sangat wajar. Namun bagi dunia usaha yang penting bukan berapa rupiah nilai USD 1, tapi stabilnya nilai tersebut Hanya ketika ada nilai tukar yang stabil, biaya produksi dapat dihitung dan jadi patokan harga jual akhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News