Venesia: Keanekaragaman budaya yang berlimpah turut mempengaruhi ragam arsitektur di Indonesia. Tak hanya sekadar konsep tradisional, arsitektur di Indonesia juga banyak menampilkan konsep kontemporer.
Di dalam ajang La Biennale Architettura yang berlangsung dari 26 Mei hingga 25 November 2018 di Venesia, Italia, Paviliun Indonesia menampilkan sebuah karya bertajuk 'Sunyata: The Poetics of Emptiness'.
Tahun ini adalah kali ke-2 Indonesia berpartisipasi dalam pameran seni arsitektur yang bergengsi ini. Visi tim kurator paviliun Indonesia yang terdiri dari Ary Indra, David Hutama, Dimas Satria, Jonathan Aditya, Ardy Hartono dan Johanes Adikaadalah menampilkan Indonesia kontemporer, di luar bentuk dan ornamen tradisional.
Karya ini dipilih berdasarkan tema yang telah ditentukan, Freespace oleh kurator utama Yvonne Farrel dan Shelley McNamara dari Grafton Architects, Irlandia. Tema Freespace membuka potensi lain yang dapat ditemukan dalam ingatan dan harapan manusia sebagai elemen utama dalam arsitektur.
Karya ini akan disimpan di ruang seluas 290 meter persegi. Berbentuk kertas putih besar yang melengkung layaknya kurva dengan lubang di antaranya. Pengunjung dapat masuk ke dalam dan merasakan kekosongan di antara balutan kertas putih tersebut.
Menggunakan kertas sebagai material utama, paviliun Indonesia merupakan abstraksi dari konsep kekosongan yang memiliki beragam wujud dan rupa arsitektur Indonesia. Lewat karya arsitektur kontemporer ini, tim kurator berharap dapat memberi peluang dan pandangan baru untuk memahami kekayaan arsitektur Indonesia.
Di dalam pameran La Biennale Architettura, Indonesia diwakili Badan Ekonomi Kreatif Indonesia dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id