Maka saat tokonya resmi dibuka pada 2014 silam di Serpong, Tangerang, tercatat 17 ribu orang antri memasuki. Bukan hanya warga Tangerang dan Jakarta, tapi bahkan luar Jawa. Antrian yang sama -meski tidak panjang- terlihat pada hampir setiap akhir pekan.
Toko lama
Bangunan toko lama IKEA biasanya berukuran besar dan minim kaca karena sekaligus sebagai gudang. Warnanya dominan biru dan aksen kuning yang juga merupakan warna bendera Swedia.
Furniture yang dipajang disusun membentuk labirin dengan jalur searah jarum jam. Ini setidaknya 'memaksa' pengunjung berkeliling dan melihat-lihat seluruh isi toko IKEA -dan membeli tentunya- sebelum tiba di bagian yang dituju.
Memang ada 'jalan pintas' bagi yang terburu-buru. Namun toh tidak tidak ada ruginya window shopping keliling toko. Memang tidak selalu ada pernak pernik lucu yang dibeli, tapi kok ya ada saja yang bikin kepikiran beli.
Toko baru
Desain baru diterapkan toko-toko yang baru. Paling awal adalah toko IKEA di Mönchengladbach, Jerman, yang memiliki lebih banyak elemen kaca baik untuk estetika maupun fungsionalitasnya. Ini sekaligus memaksimalkan penggunaan cahaya alami sehingga lebih hemat energi.
Bagian depan toko adalah ruang pajang furnitur dan produk pilihan. Di sini para pelanggan mencatat nama dan kode barang yang ia suka. Langkah selanjutnya mengambil keranjang belanja kemudian melanjutkan perjalanan ke market hall yang menjual berbagai aksesoris dan barang-barang kecil.

Setelah area market hall barulah pelanggan masuk ke gudang swalayan tempat mengambil furnitur dengan nomor seri yang telah dicatat sebelumnya. Kemudian membayar belanjaannya di kasir.
Biasanya toko terdiri dari dua lantai. Ruang pamer dan market-hall di lantai atas, sedangkan gudang ada di bawah. Ada restoran yang menjual makanan Swedia, salah satunya bakso Swedia yang khas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News