"Koridor timur memiliki kondisi pasar properti yang masih mismatch karena banyak pengembang yang cenderung menjual hunian untuk segmen kelas atas, padahal pasar menengah bawah potensial," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda.
Ali menjelaskan siklus properti yang potensial masih berada di pasar menengah bawah dengan harga hunian berkisar di Rp300 juta sampai Rp1 miliar.
"Kini (pengembang) harus dapat membidik end-user yang menengah ke bawah. Hal ini karena lesunya daya beli investor sehingga hunian dengan rentang harga di atas Rp1 miliar kurang diminati," jelasnya.
Komposisi potensial market sebagai end-user di koridor timur tepatnya Kabupaten Bekasi yaitu sebanyak 51,4 persen di dominasi dengan rentang penghasilan di atas Rp4,5 juta per bulan. Sehingga pembelian hunian berada di bawah Rp1 miliar.
"Keadaan mismatch ini dapat teratasi dengan adanya pembangunan hunian yang terjangkau. Hunian terjangkau dan memiliki ruang terbuka hijau dapat menjadi solusi, serta menghilangkan image gersang akibat maraknya kawasan industri di Koridor Timur," ungkap Ali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News