Sejak memulai usahanya pada 1943, Kamprad mengubah cara pikir masyarakat tentang mendekorasi rumah dengan furniture merupakan hal menyenangkan. Sebelumnya berbelanja furniture membutuhkan banyak pertimbangan karena keputusan model yang dipilih akan berpengaruh hingga bertahun-tahun ke depan.
Ide jenius Kamprad adalah membuat desain yang sederhana sehingga modelnya tidak cepat lekang dimakan jaman. Bahkan mudah dipadupadankan. Ciri khas IKEA yang desainnya minimalis dan ringan, akhirnya dikenal dunia sebagai gaya Skandinavian.
"Di IKEA kita bisa membeli sesuatu yang bahkan bisa digunakan hingga anak dan cucu kita," kata Warren Shoulberg, analis industri perabot rumah tangga, yang dikutip dari Washington Post (28/1/2018).
Penataan toko IKEA juga memudahkan dan membuat betah pengunjung. Bila toko lain mengelompokkan barang berdasar jenisnya, IKEA memajang barang berdasar ruangan sehingga pembeli lebih mudah membayangkan fungsi dan estetika furniture yang hendak dibeli.
"Mereka memberikan pengalaman, penataan dan ide dekorasi. Pembeli bahkan bisa datang berulang-ulang," papar Shoulberg.
Tapi di situ pula tidak jarang dijumpai perselisihan kecil antar anggota keluarga saat memutuskan furnitur mana yang hendak dibeli. "Toko itu secara harfiah bisa menjadi mimpi buruk bagi pasangan muda," ujar Ramani Durvasula, ahli klinis perilaku manusia.

Di tokonya Kamprad memperkenalkan konsep mengikutsertakan pembeli. Mulai dari memilih dan mengambil barang sendiri, sehingga harganya bisa dipangkas. Desain knock down membuat furnitur IKEA mudah dikemas, mudah dibawa dan mudah pula dipasang sendiri oleh pembelinya.
Saat ini IKEA telah menjadi kerajaan furniture dengan 412 toko di lebih dari 40 negara. Di saat sebagian besar pengusaha ritel terdampak belanja online yang memaksa mereka mengurangi toko offline, tidak demikian dengan IKEA. Layout toko, model furniture dan jalur produksinya diadopsi oleh banyak perusahaan serupa, baik badan usaha mandiri dan jaringan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News