"Lebih sederhana, kami ingin menyumbangkan kepada klien kami sebuah rumah yang memiliki jiwa dan hasrat untuk sejarah dan arkeologi," kata pendiri LCA Architetti Luca Compri, dikutip Dezeen.

(Foto: Simone Bossi)
House of the Archeologist terdiri atas dua lantai yang dibalut panel beton berlekuk. Mayoritas materil bangunan memanfaatkan bahan daur ulang, seperti batu, lempengan marmer, dan blok travertine dari tambang yang tidak digunakan.

(Foto: Simone Bossi)
Pada bagian dalam, House of the Archaeologist terdiri atas ruang tamu yang besar dan terang. Lantai dasar difungsikan sebagai dapur, ruang makan dan kamar mandi kecil. Di lantai dua, terdapat tiga kamar tidur dan dua kamar mandi, serta kantor pribadi.

(Foto: Simone Bossi)
Interior mengikuti tema eksterior bangunan. Masing-masing kamar dilengkapi dengan finishing pared-back untuk memastikan pasokan cahaya alami.

(Foto: Simone Bossi)
Selain itu, setiap ruang dilengkapi jendela besar. Posisi jendela pun disusun menghadap pemandangan yang ada di sekitarnya, seperti kebun-kebun anggur dan ladang.
House of the Archaeologist juga tidak memiliki banyak perabotan. Hal itu dilakukan untuk memastikan agar fokus penghuni tetap terjaga pada bagian luar ruangan. Furnitur yang ada di rumah itu pun merupakan barang lama yang dikumpulkan oleh pemiliknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News