Namun, perjalanan Singha Durbar tak pernah mulus. Dari kediaman dinasti Rana, istana ini kemudian berubah fungsi menjadi pusat pemerintahan modern Nepal. Di balik fasad putihnya yang ikonik, sejumlah kementerian dan lembaga negara beraktivitas. Ruang bersejarah seperti Gallery Baithak bahkan sempat menjadi tempat rapat parlemen.
Dari kebakaran hingga gempa bumi

Singha Durbar, istana bergaya neoklasik yang berdiri sejak 1908. Foto: Alluring World
Sejarah panjang Singha Durbar juga diwarnai luka. Pada 9 Juli 1973, kobaran api melahap sebagian besar sayap istana. Pemerintah kala itu merobohkan bagian yang terbakar untuk mencegah api meluas, menyisakan hanya sisi depan bangunan. Puluhan tahun kemudian, gempa bumi dahsyat pada 2015 kembali meretakkan strukturnya.
Meski berkali-kali diterpa bencana, wajah ikoniknya tetap dipugar dan dijaga. Hingga akhirnya, pada 2025, istana ini kembali masuk dalam pusaran gejolak politik.
Protes generasi muda dan gelombang kerusuhan

Singha Durbar, istana bergaya neoklasik yang berdiri sejak 1908. Foto: Nepalpress
Awal September 2025, jalanan Kathmandu dipenuhi demonstran, mayoritas dari generasi muda. Mereka marah terhadap larangan penggunaan media sosial dan praktik korupsi yang dianggap mengekang kebebasan sekaligus merusak masa depan negara.
Gelombang massa yang semakin memanas akhirnya menerobos pagar barat Singha Durbar. Sejumlah gedung pemerintahan di dalam kompleks terbakar. Kantor Perdana Menteri, Dewan Menteri, hingga museum parlemen dilaporkan rusak parah.
Korban pun berjatuhan. Setidaknya 19 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat bentrokan keras antara aparat dan pengunjuk rasa. Pemerintah kemudian memberlakukan jam malam di area ibu kota untuk meredam kerusuhan.
Tragedi di Singha Durbar berujung pada drama politik besar: Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri, sementara pemerintah mencabut larangan media sosial yang memicu protes. Namun, kerusakan yang terjadi di kompleks istana masih menyisakan duka mendalam.
Bangunan yang menjadi saksi sejarah Nepal kini kembali retak, bukan hanya secara fisik, tetapi juga simboliknya. Singha Durbar bukan sekadar gedung pemerintahan, melainkan ikon perjalanan panjang Nepal yang berkali-kali diuji zaman—mulai dari kebakaran, gempa bumi, hingga gejolak politik terbaru.
Ikon yang terus bertahan

Singha Durbar, istana bergaya neoklasik yang berdiri sejak 1908. Foto: Alluring World
Bagi banyak warga Nepal, Singha Durbar bukan hanya pusat administrasi, melainkan lambang negara yang terus berdiri meski berkali-kali diterpa cobaan. Kini, tantangannya lebih besar: bagaimana memulihkan luka fisik bangunan bersejarah ini, sekaligus merekatkan kembali kepercayaan rakyat pada pemerintah yang beroperasi di dalamnya.
Seperti istana yang berkali-kali dipugar, masyarakat Nepal juga berharap demokrasi mereka bisa bangkit lebih kuat setelah badai protes ini reda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News