Berlokasi di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, rumah yang menjadi saksi bisu saat terjangan tsunami Aceh ini merupakan replika dari bangunan asli yang dibakar Belanda pada 1896. Rumah tersebut kembali dibangun pada 1981-1982 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Rumah yang sudah ditetapkan sebagai sasana budaya itu dibangun sebagai museum data sejarah Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar yang dibawa kembali dari Negeri Belanda. Asyiknya, rumah bernuansa hitam tersebut sudah dilengkapi dengan perpustakaan.
Saat tsunami menerjang Aceh pada 26 Desember 2004, banyak penduduk yang berlari mencari perlindungan di rumah panggung dengan luas tanah sekitar 200 meter persegi itu. "Garis merah itu (terletak di bagian luar rumah) menjadi penanda kalau rumah ini sempat terkena tsunami yang dahsyat," tunjuk salah satu penjaga rumah Cut Nyak Dhien kepada Medcom.id.
| Baca juga: Dipoles Rp125 Miliar, Begini Wajah Baru Benteng Van den Bosch di Ngawi |
Berikut suasana rumah panggung Cut Nyak Dhien yang masih terlihat kokoh.
Rumah Cut Nyak Dhien tampak samping. Bangunan ini beratapkan rumbia yang disangga oleh 65 tiang kayu ulin. Adapun panjang rumah ini setinggi 25 meter dengan lebar 10 meter. Mengutip laman Kemendikbud, kayu ulin yang dipakai pun merupakan kayu ulin merah yang berkualitas tinggi. Kokohnya bangunan ini teruji saat Aceh diguncang gempa dan diterjang tsunami pada 2004. Tidak ada bagian bangunan yang rusak pada saat itu, bahkan rumah tersebut menjadi tempat perlindungan bagi masyarakat sekitar.
Kamar Cut Nyak Dhien terletak di sisi belakang rumah. Sementara, dua kamar dayang-dayang berada justru berada di sisi depan rumah. Konon, letak kamar yang ditaruh di belakang ini merupakan strategi perlawanan jika sewaktu-waktu Belanda menyerang rumah ini.
Ruang makan yang berhadapan langsung dengan kamar untuk pembantu. Ruangan ini juga ditaruh untuk memajang beberapa senjata yang digunakan masyarakat Aceh untuk melawan Belanda. Senjata tersebut di antaranya rencong, tombak, parang jenis ladieng, dan lain-lain.
Melansir Kemendikbud, Saat memasuki rumah, pengunjung diajak masuk ke sebuah ruangan lapang yang berfungsi sebagai ruangan berkumpul untuk menyusun strategi melawan Belanda pada masa lampau. Di ruangan ini berjajar foto-foto perjuangan rakyat Aceh. Jika diperhatikan dengan saksama, pada salah satu foto terdapat wajah asli Cut Nyak Dhien saat berada di pengasingan di Sumedang, Jawa Barat.
Sumur yang menjulang tinggi setinggi 3 meter di bagian depan rumah Cut Nyak Dhien ini terbuat dari semen. Sumur ini memiliki kedalaman 18 meter, Sumur sengaja dibangun pada ketinggian tersebut sebagai langkah pencegahan agar Belanda tidak dapat meracuni air di dalamnya.
Ruang sidang tempat Cut Nyak Dien mengatur strategi melawan penjajahan Belanda.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
