Ingvar Kamprad membangun IKEA pada 1943. Konsep bisnis furniturenya adalah memudahkan pelanggannya melihat dan merasakan kualitas produk yang modelnya tidak cepat lekang dimakan jaman.
Kamprad juga berinovasi dengan memperkenalkan metode baru dalam proses produksi dan belanja furnitur, yaitu flatpacking. Melalui metode ini konsumen bisa membeli furnitur secara modular hingga mampu mendesain interiornya sendiri sesuai kebutuhan.
Metode flatpacking memainkan peran penting yang dikenal sebagai democratic design. Di dalam prakteknya yang terjadi seolah IKEA dan pelanggan bersama-sama merancang furniture. Ini menjadikannya lebih ekonomis bagi pelanggan, sebab tidak perlu membeli semua bagian dari furniture bila memang bukan itu yang dibutuhkan.

Desain minimalis ala IKEA disebut bergaya Skandinavian. Desain seperti ini cocok untuk ruangan yang terbatas seperti apartemen, namun tetap terlihat modern dan fungsional.
Di dalam perkembangannya produk yang IKEA tawarkan tidak hanya furniture. Pernik perlengkapan dapur, kamar mandi hingga kamar tidur juga sangat digemari oleh para keluarga muda bergaya hidup dinamis di perkotaan yang luas tempat tinggalnya relatif kecil.

Perjalanan bisnis Kamprad tidak selalu mulus. Pernah ada kampanye memboikot IKEA gara-gara harga furniture yang ditawarkannya lebih murah dibanding produk serupa dari brand lain.
Sebaliknya kini harga produk IKEA dinilai terlalu tinggi. Kebijakan harga tersebut memperkuat gengsi IKEA karena relatif hanya bisa dijangkau oleh kalangan berpunya, termasuk di Indonesia.
Di sini lain ada berkah di balik harga tinggi IKEA. Secara tidak langsung inilah yang membuat furniture produk lokal, terutama UMKM, bisa bersaing secara sehat dan memiliki pelanggannya tersendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News