Wooden Chapel dirancang John Pawson dan enam arsitek lainnya untuk Yayasan Siegfried dan Elfriede Denezel. Penggunaan bahan kayu dimaksudkan agar bangunan Wooden Chapel terlihat lebih alami di antara hutan.
"Klien kami ingin menyediakan tempat perlindungan atau ruang komtemplasi," kata John Pawson seperti dikutip Dezeen, Jumat, 8 Maret 2019.

(Foto: Eckhart Matthaus)
Potongan kayu tersebut diambil dari batang pohon cemara. Batang pohon kemudian dipotong menjadi balok bujursangkar dan disusun sehingga terlihat seperti tumpukan kayu.
"Itu hanya batang pohon cemara Douglas yang ditumpuk satu sama lain. Batang pohon dipotong dengan ukuran sama sehingga semuanya solid," kata Pawson.
Wooden Chapel hanya memiliki satu ruang sederhana yang diperuntukkan bagi pesepeda yang beristirahat saat melewati jalur hutan. Lantai di ruangan tersebut terbuat dari beton agar tahan terhadap segala jenis cuaca.

(Foto: Eckhart Matthaus)
Pintu masuknya berbentuk persegi panjang yang diukir. Begitu masuk ke dalam, terdapat sebuah ruangan panjang mirip lorong dengan satu jendela pada sisinya.
Meskipun hanya tempat peristirahatan, kapel ini tetap dirancang untuk menciptakan refleksi spiritual. Pengunjung dapat beristirahat, sekaligus menggunakan ruangan ini sebagai tempat refleksi dan perenungan.
Di dalam ruangan terdapat ornamen salib sederhana yang diukir di salah satu dinding kapel. Ukiran salib ini diisi kaca berwarna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News