medcom.id, Jakarta: Debat kedua Pilkada DKI sempat heboh ketika calon wakil gubernur nomor urut 1 Sylviana mendapat kesempatan bertanya ke calon nomor urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Kesempatan Sylvi habis, ternyata Anies tidak menangkap pertanyaan Sylvi.
Moderator Tina Talisa memberikan waktu satu menit kepada pasangan nomor urut 1 menyampaikan pertanyaan kepada pasangan nomor urut 3. Sylvi maju ke tengah panggung.
"Pak Anies, saya ingin bertanya. Ada survei koalisi warga Jakarta, ternyata 98 persen dari survei itu menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat terhadap penyusunan RTRW, rencana tata ruang wilayah, ini boleh dikatakan tidak dilibatkan, 98 persen. Berarti masyarakat tidak terlibat dan tidak mengerti akses tentang rencana tata ruang tersebut," ujar Sylvi, Jumat (27/1/2017).
"Bahkan ada produk-produk hukum yang dibuat oleh Pergub. Contohnya, 178 Tahun 2015 tentang Penataan Kegiatan Dalam Pemanfaatan Tata Ruang, kemudian ada lagi Pergub 139 Tahun 2016 tentang RPTRA, ada lagi 2010 2016 tentang Kompensasi...." teng lonceng tanda waktu habis berbunyi.
Tina mengingatkan Sylvi bahwa waktu sudah habis.
"Jadi pertanyaan apa?" ujar Anies.
Sylvi masih di tengah panggung. Ia sedikit berjalan ke arah Anies sambil berusaha memberitahu pertanyaannya. "Pertanyaannya, keterlibatan masyarakat."
Para pendukung pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur di lokasi debat berteriak-teriak menyaksikan kejadian ini. Calon nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang mejanya di tengah panggung tertawa.
Anies berjalan ke arah Sylvi. "Apa." Ahok dan Djarot berdiri sambil mengibaskan tangan seakan memisahkan Sylvi dengan Anies. Tina juga sempat berjalan ke tengah panggung dan mengingatkan Sylvi bahwa waktu bertanya sudah habis dan tidak bisa ditambah.
"Terima kasih Bu Sylvi. Soalnya tadi penjelasannya panjang, pertanyaannya enggak keluar." Para penonton kembali tertawa mendengar pernyataan Anies tersebut.
Anies mengaku memahami maksud Sylvi. "Pertanyannya dimunculkan di awal," ujar Anies.
Anies mengatakan, warga harus dilibatkan dalam penyusunan RTRW. Ke depan, lanjut dia, pengelolaan dan perencanaan harus melibatkan warga.
"Pemilik kota ini adalah warga. Dan itu artinya, pemimpin harus memberikan contoh berinteraksi dengan warga. Kalau pemimpin tidak berinteraksi dengan warga, jangan harap aparatur di bawah berinteraksi dengan warga," jelas Anies. Sylvi serius mendengarkan.
Kemudian, di dalam penyusunan harus secara sistematis dibuat agar setiap RT/RW, kelurahan ada mekanisme rembuk. Bicara tentang RTRW, kata Sandi, otomatis akan banyak kepentingan. Karena itu, semua proses harus melibatkan fasilitator, pakar yang bisa memberikan contoh di tempat lain.
"Rencana itu yang akan kami lakukan untuk pelibatan publik dalam penyusunan RTRW lima tahun mendatang," ujar Anies.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((TRK))