Jakarta: Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nusa Tenggara Timur (NTT) menetapkan batasan dana kampanye yang pasangan calon gubernur-wakil gubernur NTT. Setiap pasangan yang berlaga di Pilkada 2018 hanya diperbolehkan menggelontorkan Rp149 miliar.
"Besaran dana kampanye sudah kami sepakati dalam rapat pleno antara KPU NTT dan empat tim penghubung pasangan calon beberapa hari lalu," ujar juru bicara KPU NTT, Josafat Koli, di Kupang, Kamis, 1 Maret 2018.
Angka itu dicapai setelah tiap tim kampanye paslon mengutarakan anggaran mereka dalam rapat tersebut. Josafat menambahkan Rp149 miliar merupakan anggaran tertinggi yang disampaikan oleh paslon tertentu yang kemudian mendapat persetujuan juga dari paslon lainnya.
Baca: Victor-Josef Bertekad Bangun Pariwisata Komodo
Batasan dana itu akan menjadi rujukan bagi setiap pasangan calon mengingat besaran dana kampanye para pasangan calon bervariasi. Untuk rincian dana yang bisa digunakan dengan batasan dana itu, KPU membebaskannya.
"KPU memberi kebebasan kepada paslon untuk memilih dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dibuat saat kampanye," kata Josafat.
Penetapan pembatasan anggaran dana kampanye Pilgub tahun 2018 ini sesuai dengan Peraturan KPU Nomor 5 tahun 2017 tentang Dana Kampanye Peserta Pilgub tahun 2018. Masa kampanye sendiri telah berlangsung dan akan berakhir pada 26 Juni 2018 mendatang.
Pilgub NTT 2018 diikuti empat pasangan calon, yakni Esthon L Foenay-Christian Rotok yang diusung Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional (PAN). Marianus Sae-Emilia Nomleni (PDI Perjuangan dan PKB), Beny K Harman (BKH)-Benny Litelnoni (Demokrat, PKS, dan PKPI), serta Viktor Bungtilu Laiskodat-Josef Nae Soi (NasDem, Golkar, dan Partai Hanura).
Kemarin, paslon Viktor-Josef melanjutkan kampanye dengan menjanjikan bakal mengolah seluruh lahan kering yang selama ini dibiarkan karena krisis air. Luas lahan pertanian di NTT sekitar 1,5 juta hektare dengan kondisi sebagian besar lahan tersebut hanya diolah pada musim hujan yang berlangsung selama tiga bulan, sedangkan pada musim kemarau yang berlangsung selama sembilan bulan lahan pertanian kering kerontang.
"Ke depan lahan tidur diolah. Pemerintah kirim alat berat untuk mengolah tanah dan siapkan air, memberi bibit dan melatih petani," kata Viktor Laiskodat saat kampanye di Desa Mnela Manen, Kecamatan Amanuban Timur, Timor Tengah Selatan, NTT, kemarin.
Saat ini Viktor sudah menyiapkan 150 pakar pertanian lahan kering yang baru kembali dari studi di luar negeri. Mereka bersama petani akan membangun pertanian NTT berbasis lahan kering. Metode ini juga sudah dikembangkan Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang, dengan nama pertanian tetes.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((YDH))